Salin Artikel

Take Home Pay DPRD Bandung Rp 40 Juta, Wakil Ketua: Banyak Kembali ke Warga, bahkan Malah Nombok

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung, Edwin Senjaya, angkat bicara terkait penghasilan yang didapatkan anggota DPRD Kota Bandung yang dinilai terlalu besar.

Edwin membenarkan bahwa dalam satu bulan, setiap anggota DPRD Kota Bandung mendapatkan gaji dan tunjangan hingga Rp 90 juta, sesuai dengan PP Nomor 18 Tahun 2017 terkait hak keuangan dan administratif pimpinan DPRD serta anggota DPRD yang dijabarkan di dalam Perda Nomor 6 Tahun 2017 dan Perwal Nomor 22 Tahun 2024.

"Itu (pendapatan) kotor. Jadi, kami ini sekarang kan kena pajak PPH Pasal 21, itu kurang lebih sekitar Rp 20 jutaan. Bahkan, mungkin nanti kononnya akan ada pajak progresif lagi di akhir tahun," ujar Edwin di Kantor DPRD Kota Bandung, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Rabu (10/9/2025).

Edwin mengatakan, dengan potongan-potongan yang ada, satu anggota DPRD Kota Bandung rata-rata hanya menerima sekitar Rp 40 juta per bulan.

"Kami rata-rata itu menerima take home pay-nya, itu sekitar Rp 40 jutaan dari Rp 90 jutaan. Lalu kemudian, sebagaimana lazimnya, kami juga harus mengeluarkan untuk iuran partai atau iuran fraksi," ujarnya.

Selain itu, Edwin menambahkan, penghasilan yang didapat oleh anggota DPRD juga lebih banyak untuk membantu masyarakat yang berada di dapil masing-masing.

"Kebanyakan dari apa yang kami dapatkan ini, take home pay yang Rp 40 jutaan, itu kembali juga kepada warga. Setiap bulan, setiap harinya, kami menerima banyak permohonan bantuan dari warga masyarakat. Aspirasi yang disampaikan kepada kami harus kami penuhi, dan sebetulnya itu tidak ada anggarannya selain dari kantong pribadi anggota DPRD itu sendiri," tuturnya.

Meski ada uang reses yang diberikan selama tiga kali dalam satu tahun dengan rincian sekitar Rp 12 juta setiap kali reses, Edwin mengatakan uang tersebut sangat tidak cukup untuk dibagikan kepada warga masyarakat.

Menurut politisi Partai Golkar ini, setiap kali membuat kegiatan bersama masyarakat di dapilnya, ratusan orang yang hadir harus diberikan uang transportasi.

"Dalam kegiatan reses itu sebetulnya tidak ada item untuk uang transportasi masyarakat. Kebanyakan anggota dewan, termasuk saya, kami menyiapkan uang transportasi dari saku sendiri. Karena kalau enggak ada uang transportasi, biasanya sulit untuk mengundang masyarakat itu hadir, tetapi kami bisa maklumi itu," jelasnya.

"Sekali reses, rata-rata saya harus mengeluarkan uang untuk transportasi saja sekitar Rp 40 jutaan, sementara tunjangan resesnya Rp 12 juta, yang ada malah nombok," ucapnya.

"Belum lagi ketika reses, kami juga harus memenuhi permintaan dari warga masyarakat. Ada yang minta bantuan seragam PKK, untuk Posyandu, kemudian kadang masyarakat juga meminta bantuan, misalnya untuk peralatan-peralatan seni, peralatan olahraga," ucapnya.

Jadi intinya, apa yang kami dapatkan itu mayoritas sebetulnya kembali kepada warga masyarakat," akunya.

Uang yang dibagikan kepada masyarakat, menurut Edwin, adalah sebagai upaya anggota DPRD untuk merebut kepercayaan masyarakat di dapilnya masing-masing.

Tujuannya jelas agar pada pemilu selanjutnya bisa terpilih kembali.

"Itu tentu akan berimbas juga kepada apakah kami akan dipercaya lagi atau tidak sebagai anggota DPRD Kota Bandung," ucapnya.

"Alhamdulillah sampai hari ini saya sudah 4 periode menjadi anggota Dewan, tiga periode menjadi pimpinan DPRD Kota Bandung. Artinya, hubungan saya baik dengan warga masyarakat," tuturnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/09/10/203608478/take-home-pay-dprd-bandung-rp-40-juta-wakil-ketua-banyak-kembali-ke-warga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com