Siswa mengalami mual, muntah, pusing, hingga sesak napas setelah mengonsumsi MBG dan harus dilarikan ke Puskesmas Kadungora.
“Kemungkinan susu, kalau makanan menunya bagus, ada daging sapi ada sayuran,” jelas Lela Nurlela, guru kelas V SDN Talagasari 3, saat ditemui di Puskesmas Kadungora.
Menurut Lela, ada empat siswa di sekolahnya yang harus dibawa ke puskesmas. Mereka rata-rata duduk di kelas IV, V, dan VI. Para siswa itu mengonsumsi MBG setelah jam istirahat, sementara murid kelas I-III yang memakan MBG lebih pagi tidak ada yang mengeluhkan sakit.
“Kebanyakan siswa kelas atas yang makan MBG-nya setelah jam istirahat,” ujarnya.
Lela menduga susu kemasan bantal yang diminum siang hari tidak lagi segar karena tidak disimpan di tempat dingin, meski masa kedaluwarsa susu masih enam hari lagi. “Kalau yang dimakan pagi tidak ada yang ngeluh, yang makannya siang yang kena,” katanya.
Ia juga menyebutkan ada sejumlah siswa lain yang mengeluhkan gejala serupa, tetapi orangtuanya memilih merawat di rumah. “Ada yang dikasih air kelapa muda, ada yang dikasih obat di rumah. Kita enggak bisa apa-apa, orangtuanya yang mau,” ujar Lela.
Hal serupa disampaikan Budi, warga Kampung Citeureup, Desa Kadungora, yang menunggui anaknya dirawat di puskesmas. Menurutnya, makanan MBG tidak bermasalah, tetapi susu bantal kemungkinan besar jadi pemicu.
“Biasanya kan susu bantal begitu disimpen di pendingin. Ini lama tidak disimpan di pendingin sepertinya,” kata Budi.
Meski begitu, ia menilai program MBG tetap bermanfaat bagi keluarga. “Anak-anak sih sebenarnya suka, uang jajan jadi bisa ditabung, tapi ini musibah,” katanya.
https://bandung.kompas.com/read/2025/09/30/184713478/susu-bantal-diduga-jadi-pemicu-55-siswa-keracunan-mbg-di-kadungora-garut