Salin Artikel

Rp 50 Triliun Beredar dari MBG, Dedi Mulyadi: Bisa Dongkrak Ekonomi Rakyat, Jangan Monopoli!

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menilai berkurangnya dana transfer daerah tidak otomatis memperlambat laju ekonomi provinsi.

Sebab, ada Rp 50 triliun yang beredar melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Kalau Rp 5,7 triliun seluruh Provinsi Jawa Barat, itu kan dana yang ada di kas APBD, yang itu biasanya dikelola ke anggaran infrastruktur dan anggaran lainnya," ujarnya saat ditemui di Gedung Sabuga ITB, Kota Bandung, Kamis (2/10/2025).

Menurut dia, dana Rp 50 triliun dari MBG berbeda sifatnya dengan APBD.

Dana itu langsung beredar di masyarakat dan bisa menggerakkan roda ekonomi rakyat, terutama jika dikelola dengan baik.

"Kalau yang Rp 50 triliun kan dana yang beredar di Jawa Barat karena berkah dari program MBG jika dikelola dengan baik, membangun sistem ekonomi kerakyatan, produktivitas pertanian terserap, lapangan kerja terbuka, anak-anak sekolah produktif," kata Dedi.

Ia menegaskan, kunci utama agar dana tersebut berdampak pada ekonomi terletak pada pengelolaan dan distribusinya, dengan tujuan agar dana tersebut tidak jatuh pada praktik monopoli atau dikuasai segelintir pihak.

"Sehingga kan ini yang kami ingin dorong, makanya minggu depan akan MoU, yang tidak boleh itu mata rantai ekonominya dikuasai oleh orang yang punya modal, itu yang kami enggak setuju," ucapnya.

Dedi menyebut, jika dana Rp 50 triliun dari MBG berputar di ekonomi rakyat, dampaknya bisa menutupi hilangnya Rp 5,7 triliun dari dana transfer daerah.

"Pendongkrak ekonomi, kalau dari sisi siklus ekonomi kita hilang misalnya Rp 5,7 triliun, tetapi beredar Rp 50 triliun kan lumayan, kalau itu bisa dimanfaatkan. Tetapi, kalau terbalik, yang terbalik adalah siklusnya beredar pada kalangan tertentu. Kemudian? Ada monopoli, dan itu bisa menjadi bumerang," tegasnya.

Untuk itu, Dedi mendorong agar dapur MBG didekatkan dengan sekolah agar orangtua murid juga mengetahui dari mana pasokan bahan baku berasal.

Keberadaan dapur tersebut tidak hanya menjadi tempat penyedia makanan sehat bagi siswa, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak siklus ekonomi masyarakat sekitar.

"Makanya harapan saya dengan dapur nanti didekatkan sekolah, sebenarnya lagi mendekatkan mata rantai pasar agar orang tua siswa juga mengetahui pasokan bahan bakunya dari mana," tutur Dedi.

Ia juga memastikan, pelaksanaan MBG akan diawasi melalui MoU dengan sejumlah pihak terkait.

Selain untuk memastikan kualitas bahan baku, hal tersebut menjamin makanan yang diberikan tetap terjaga baik.

"MBG-nya sudah koordinasi dengan Gubernur, nanti MoU, nah nanti MoU itu di dalamnya ada satgas yang melakukan pengawasan," pungkas Dedi.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/03/063620178/rp-50-triliun-beredar-dari-mbg-dedi-mulyadi-bisa-dongkrak-ekonomi-rakyat

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com