Salin Artikel

Video Kobaran Api Area Tol Ciperna Dikaitkan Meteor Jatuh di Cirebon, Kodim 0620: Jangan Termakan Hoaks!

CIREBON, KOMPAS.com - Keriuhan warganet soal dugaan meteor jatuh di Cirebon kembali memicu perbincangan hingga Senin (6/10/2025) pagi. Sejumlah unggahan di media sosial menyebut meteor itu jatuh di beberapa titik dan dikaitkan dengan kebakaran di sekitar Kilometer 219 Tol Palimanan-Kanci, Kabupaten Cirebon.

Video yang beredar menampilkan kobaran api di sisi jalan tol dengan narasi meteor jatuh. Informasi ini kemudian tersebar luas dan terus dibagikan ulang oleh warganet.

Namun, Dandim 0620 Letkol Inf Mukhammad Yusron menegaskan kabar tersebut tidak benar.

"Itu berita lama, jangan asal share dan memperkeruh suasana, ketika tidak ada bukti nyata di lapangan, kita tetap tenang dan jangan termakan hoax yang tidak jelas sumbernya," kata Yusron dalam keterangannya, Minggu (5/10/2025) malam.

Menurut Yusron, kepastian informasi diperoleh setelah tim Intel Kodim 0620 bersama petugas Jasa Marga melakukan pengecekan langsung di sepanjang ruas tol Palimanan-Kanci.

"Dari hasil pengecekan di lapangan tidak ditemukan adanya meteor yang jatuh sampai dengan saat ini. Untuk berita terbakar di wilayah kabupaten Cirebon saat ini tidak ada," ujarnya.

Ia menambahkan, bila ada warga yang melihat cahaya di langit, kemungkinan meteor tersebut sudah habis di atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi.

Karena itu, Yusron meminta warga lebih bijak menggunakan media sosial dan tidak menyebarkan informasi tanpa dasar yang jelas.

Untuk mempertegas, Yusron juga membagikan video hasil pengecekan bersama petugas Jasa Marga.

"Kami kedatangan tamu dari Intel Kodim 0620 Kabupaten Cirebon, kami bersama-sama telah menelusuri informasi jatuhnya meteor di Mertapada KM 219, di TKP nihil, info itu hoax," kata petugas Jasa Marga dalam video berdurasi 39 detik.

Sementara itu, BPBD Kabupaten Cirebon masih terus menelusuri berbagai informasi yang beredar di grup kebencanaan terkait isu meteor jatuh ini.

Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad, mengatakan pihaknya masih mengumpulkan data awal untuk memastikan penyebab fenomena tersebut.

Fuad menjelaskan bahwa dari sisi meteorologi, suara dentuman bisa muncul karena berbagai faktor, seperti sambaran petir, aktivitas gempa bumi, maupun peristiwa longsor. Namun, pada saat kejadian, kondisi cuaca di wilayah Cirebon dan sekitarnya dilaporkan cerah berawan.

“Biasanya suara ledakan atau getaran bisa muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menemukan adanya aktivitas cuaca ekstrem atau fenomena meteorologis signifikan yang dapat memicu dentuman tersebut. Hasil pemantauan BMKG juga tidak menunjukkan adanya getaran berarti di wilayah Cirebon pada waktu yang sama.

Soal Dugaan Meteor, BMKG Sebut BRIN Jadi Lembaga Berwenang

Fuad menjelaskan bahwa fenomena yang berkaitan dengan meteor tidak termasuk dalam ranah kerja BMKG, melainkan menjadi kewenangan lembaga yang membidangi antariksa.

“Terkait fenomena meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan lembaga yang membidanginya seperti BRIN,” tuturnya.

BMKG Kertajati saat ini terus memantau perkembangan informasi dari berbagai sumber, termasuk laporan masyarakat, untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/06/081234378/video-kobaran-api-area-tol-ciperna-dikaitkan-meteor-jatuh-di-cirebon-kodim

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com