Salin Artikel

Dari Keluhan Ibu di Indramayu, Dedi Mulyadi Tegaskan Perlunya Pos Pengaduan dan Gerakan Rereongan

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menegaskan pentingnya membangun solidaritas sosial dari bawah.

Hal tersebut disampaikan setelah Dedi Mulyadi berdialog langsung dengan warga yang mengadu ke pos pengaduan di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, pada Senin (6/10/2025).

Dalam dialog itu, seorang ibu asal Desa Kroya, Kabupaten Indramayu, menceritakan anaknya yang menderita sakit jantung tetapi tidak bisa berobat ke Jakarta karena terkendala ongkos.

"Masalahnya apa?" tanya Dedi.

"Penyakitnya jantung, bolongnya dua," jawab ibu tersebut.

"Terus sekarang anaknya di mana? Ibu punya BPJS?" kata Dedi.

"Punya," jawab ibu tersebut.

"Terus masalahnya apa?" tanya Dedi saat mendengarkan keluhan warga.

Sang ibu mengaku sudah melapor ke pemerintah desa dan kecamatan, tetapi tidak mendapat respons.

"Sudah, tapi enggak diurus," kata ibu itu.

Mendengar hal tersebut, Dedi menilai persoalan seperti ini seharusnya bisa diselesaikan di tingkat desa dan kecamatan, tanpa harus menunggu campur tangan gubernur.

Ia pun meminta kepala daerah untuk mendorong pembentukan layanan pengaduan warga di setiap daerah.

"Nih, dari Indramayu, Pak Lucky (Bupati). Kalau di desanya dibuat layanan pengaduan seperti ini. Kalau di kecamatannya dibuat layanan pengaduan seperti ini, kalau di kabupatennya dibuat layanan pengaduan seperti ini, maka masalah seperti ini bisa diselesaikan di daerahnya masing-masing, tidak mesti menumpuk harus ke gubernur," ucap Dedi.

Dedi menambahkan, inilah yang menjadi semangat dari Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu, yakni gotong royong warga menyisihkan Rp 1.000 per hari untuk membantu sesama yang membutuhkan.

"Tujuannya untuk membantu orang-orang yang mengadu seperti ini agar diselesaikan di desa, di kecamatan, dan di kabupatennya masing-masing dengan gerakan sosial warga," katanya.

Menurut Dedi, melalui rereongan ini, setiap tingkatan pemerintahan bisa membuat kotak bantuan bagi warga yang kesulitan.

"Jadi bukan ngumpulin uang buat gubernur. Di desanya bikin kotak untuk bantu warga yang susah. Di kecamatan bikin kotak untuk bantu warga yang susah. Di kabupaten, bupati wali kotanya bikin kotak untuk bantuan warga yang susah," tegasnya.

Ia berharap, dengan sistem gotong royong ini, berbagai persoalan sosial bisa cepat tertangani tanpa menunggu birokrasi panjang.

"Sehingga bisa diselesaikan di desanya masing-masing," katanya.

Dedi meminta petugas untuk mencatat dan menangani keluhan warga tersebut.

"Nanti ditangani ibu ya, nanti diletakkan di situ, tapi antre, kasihan petugasnya karena terlalu banyak. Terima kasih," tuturnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/06/132614978/dari-keluhan-ibu-di-indramayu-dedi-mulyadi-tegaskan-perlunya-pos-pengaduan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com