Salin Artikel

Cerita Petugas Evakuasi Macan Tutul Dalam Hotel: Satwa Lari ke Genteng, Masuk Lagi, lalu...

BANDUNG, KOMPAS.com - Pagi itu suasana Hotel Anugrah, Bandung, mendadak tegang.

Petugas kepolisian dan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung tampak sibuk melakukan pemantauan terhadap seekor macan tutul yang masuk ke dalam area Hotel Anugrah di Jalan Padasaluyu, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung.

Bella Bakti Negara, dari Komunitas Rescue 811, ingat betul detik-detik yang menegangkan itu.

Ia merupakan orang yang menembakkan obat bius pada macan tutul liar tersebut.

"Tadi pertama-tama, memang teman dari pemadam sudah di lokasi. Saya bantuan datang ke lokasi, langsung setting peralatan dan obat bius. Setelah siap, saya tak masuk dulu ke akses dituju yang di tengah sini, cari akses keluar untuk mencari posisi macan tersebut," ujar Bella seusai proses evakuasi macan, Senin (6/10/2025).

Siapa sangka, macan yang mendengar riuh dan bau manusia itu berupaya melarikan diri.

Macan sempat naik ke genteng, mencari cara keluar dari hotel tersebut.

"Ternyata posisi si macan di genteng, jadi dia sudah mencium manusia banyak aksesnya mau keluar, ternyata pas mau ditembak macan masuk lagi ke dalam," kata Bella.

Pemantauan pun kembali dilakukan untuk mencari posisi sang macan.

Setelah terdeteksi, macan berada di sebelah tangga naik ke lantai dua.

Bella kemudian mencari akses lain untuk mendekati macan dengan tujuan menembakkan obat bius melalui alat yang ia buat sendiri.

Bella dan tim gabungan kemudian menggunakan tangga dari luar untuk mengakses salah satu kamar di lantai dua tersebut.

Untuk mengakses kamar, petugas bahkan harus membongkar paksa kunci kamar agar bisa masuk.

Di dalam kamar, Bella mengintip di balik pintu untuk menentukan lokasi macan sebelum menembakkan obat bius.

"Saya cari akses yang tertuju ke macannya, jadi nyari akses dari kamar ternyata bisa. Percobaan pertama meleset (obat bius) kena tembok, macan beraksi, percobaan kedua kena perut, selang setengah jam macan posisi lemas," katanya.

Setelah 15 menit menunggu reaksi obat maksimal, kondisi macan sudah mulai tenang, tetapi ia pindah posisi ke sisi sudut lain hotel tersebut.

Setelah dipastikan aman, macan akhirnya dievakuasi dengan jaring secara manual oleh petugas gabungan dan dimasukkan ke dalam kandang untuk dilakukan observasi.

Bella menyebut bahwa alat untuk menembakkan obat bius itu dibuatnya sendiri yang disesuaikan dengan kondisi hewan.

"Alat saya bikin sendiri, jadi memang disesuaikan. Kalau untuk hewan kecil pakai mulut mungkin tenaganya bisa, tetapi ini kan besar dan kita harus jaga jarak juga, jadi tadi sekitar kurang lebih 10 meter dari kamar saya menembak ke macannya," kata Bella.

Adapun terkait obat bius, Bella mengaku bahwa obat tersebut merupakan rekomendasi dari dokter hewan.

Bella hanya membantu menembakkan saja agar mengenai macan.

"Obat bius mungkin dokter yang tahu karena dokter yang tahu dosisnya, saya hanya eksekusi saja," ucapnya.

Kali Pertama Damkar

Sementara itu, Petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung, Indra Gunawan, mengatakan, meski petugas dibekali kapasitas penanganan animal rescue, tetapi untuk evakuasi macan baru pertama kali ini dilakukan.

"Ini baru pertama kali, soalnya kalau secara penanganannya kami minta bantu BKSDA karena yang punya bius dan (berwenang) penangkapan kan BKSDA," kata Indra.

Saat proses evakuasi, petugas gabungan mengisolasi lokasi agar macan tidak berkeliaran atau kabur ke lokasi lain.

"Kami dan komunitas serta BKSDA melakukan bius untuk menenangkan macan tutulnya karena macan tutul agresif ya, kalau diganggu, dia nyerang, kalau tidak diganggu, dia tidak nyerang," ujarnya.

Sejak mendapatkan laporan sekitar pukul 6.50 WIB, posisi macan telah berada di lantai dua, tepatnya bersembunyi di depan salah satu kamar, tepat di sebelah tangga.

Setelah dilakukan pembiusan, macan dievakuasi secara manual dengan menggunakan jaring dan kandang.

"Setelah kami bius, penangkapan manual dengan jaring," katanya.

Humas BBKSDA Jabar, Eri Mildrayana, mengatakan bahwa setelah dilakukan penangkapan, BKSDA akan melakukan observasi untuk melihat kondisi macan tutul liar tersebut.

Setelah mengetahui umur, berat, hingga jenis macan, BKSDA berencana merehabilitasi macan tersebut ke Kampung Cikananga, atau Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC), Sukabumi, Jawa Barat.

"Diobservasi dulu, tapi ya secepatnya langsung dibawa ke PPSC Cikananga," ucapnya.

Disinggung apakah macan tersebut merupakan macan yang dikabarkan kabur beberapa waktu lalu, Eri mengaku belum mengetahui hal tersebut.

Meski begitu, pihak BKSDA akan melakukan pendalaman.

"Belum, kami tidak sampai ke situ dulu ya karena dilihat dari lokasi dan rentang waktu itu terlalu jauh ya. Jadi kami belum bisa pastikan apakah itu macan tutul yang sama atau sejenis, kami belum bisa pastikan," ucapnya.

BKSDA pun belum mengetahui bagaimana macan tersebut bisa sampai masuk ke hotel tersebut.

"Kami belum bisa seperti itu. Kalau dari jarak antara LPZ dengan lokasi sini, jaraknya kira-kira 5,6 kilometer, lebih gitu ya. Itu harus masuk lewat menyusur perkebunan, area masyarakat. Itu kami belum bisa berspekulasi terlebih dari itu," ucapnya.

Saat ini, macan tutul tersebut telah dievakuasi petugas dengan memasukkannya ke dalam kandang dan membawanya ke Lembang Park Zoo untuk diobservasi.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/06/190829278/cerita-petugas-evakuasi-macan-tutul-dalam-hotel-satwa-lari-ke-genteng-masuk

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com