Salin Artikel

Cuma 55 Menit dari Terminal Pakupatan ke Kampus Untirta, Begini Pengalaman Naik Bus Trans Banten

SERANG, KOMPAS.com - Di Terminal Pakupatan, Kota Serang, satu unit bus berwarna biru dengan gambar badak bercula satu terparkir rapi. Di sisi kiri dan kanannya, terpampang tulisan besar “Trans Banten”.

Bus berkapasitas 35 kursi itu tampak siap mengantarkan penumpang di koridor 3, rute baru yang menghubungkan Terminal Pakupatan dengan Kampus Untirta Sindangsari.

Bus Trans Banten resmi beroperasi pada Sabtu (4/10/2025), bertepatan dengan hari ulang tahun ke-25 Provinsi Banten. Tiga hari setelah peluncurannya, jurnalis Kompas.com berkesempatan menjajal langsung perjalanan sepanjang 17,7 kilometer itu.

Sopir bus bernama Eli Anton menyambut ramah. “Biar terbiasa. Nanti jadi biasa,” ujarnya sambil tertawa saat meminta penumpang untuk tap kartu uang elektronik pada mesin yang terpasang di dashboard, meski untuk sementara layanan masih gratis.

Interior bus sederhana, tidak seperti bus rapid transit (BRT) TransJakarta atau Trans Jogja. Kursi disusun berhadapan dua-dua, khas bus antarkota konvensional.

Tepat pukul 14.00 WIB, bus berangkat dengan hanya satu penumpang, melaju keluar terminal dengan kecepatan rata-rata 30 kilometer per jam menuju halte pertama di Universitas Bina Bangsa (Uniba).

Awalnya udara terasa panas, namun pendingin ruangan mulai bekerja perlahan. Di halte depan Kampus Untirta Pakupatan, 10 orang mahasiswa naik.

“Ramainya pagi jam 07.00 sampai jam 9.00, sama sore jam 16.00 itu full penumpang,” kata Eli kepada Kompas.com.

Bus melaju di Jalan Syekh Nawawi Al Bantani dengan kecepatan maksimal 40 kilometer per jam. Sepanjang perjalanan terdapat 14 halte, meski sebagian besar belum memiliki papan informasi rute dan jadwal operasional.

Total ada 12 penumpang di perjalanan kali ini. Setelah menempuh waktu 55 menit, bus tiba di halte terakhir di depan Kampus Untirta Sindangsari. Di halte, sudah ada beberapa mahasiswa yang menunggu untuk perjalanan balik ke Terminal Pakupatan.

“Mungkin masyarakat belum pada tahu ada Bus Trans Banten. Kebanyakan yang naik itu mahasiswa,” ujar Eli.

Salah satu penumpang, Kania, mahasiswi Fakultas Pertanian Untirta, mengaku mengetahui keberadaan Bus Trans Banten dari media sosial. Ia merasa terbantu karena tak perlu lagi mengeluarkan ongkos Rp 10.000 untuk sekali jalan dengan angkutan kota.

“Senang sekarang lebih irit karena ini kan (Bus Trans Banten) gratis, lebih nyaman dibandingkan naik angkot harus bayar dan panas,” kata Kania.

Ia berharap layanan transportasi umum murah, nyaman, dan cepat seperti ini bisa terus diperbanyak di Provinsi Banten. “Semoga pemerintah memperbanyak transportasi umum yang nyaman, aman, cepat dan pastinya murah,” ujarnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/07/063930578/cuma-55-menit-dari-terminal-pakupatan-ke-kampus-untirta-begini-pengalaman

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com