Salin Artikel

Macan Tutul Bandung Masih Lemah, Sama dengan yang Kabur dari Lembang?

BANDUNG, KOMPAS.com - Seekor macan tutul yang masuk ke sebuah hotel di Jalan Padasaluya, Kota Bandung, telah dievakuasi dan dipindahkan ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) di Sukabumi untuk menjalani observasi intensif.

Proses pemindahan ini dilakukan setelah macan tersebut ditemukan di lokasi yang tidak aktif pada Senin (6/10/2025).

Kondisi macan saat ini masih lemah akibat perjalanan panjang dari Bandung ke Sukabumi yang memakan waktu lebih dari enam jam.

Saat ini, satwa tersebut masih berada dalam kandang angkut dan belum dapat makan secara normal.

Observasi dilakukan secara bertahap sebelum macan dipindahkan ke kandang rehabilitasi.

Diduga Macan yang Kabur dari Lembang

Kepala BKSDA Jawa Barat, Agus Arianto menjelaskan, secara postur, macan tersebut tergolong remaja dengan ukuran tubuh yang cukup besar. Bahkan sedikit lebih besar dibandingkan individu macan yang sebelumnya dievakuasi dari Kuningan ke Lembang.

"Kurang lebih lah, agak besar, ini remaja tapi agak besar. Kita nggak tahu kan, mungkin dalam proses cukup panjang juga ya, kurang lebih satu bulan," ujar Agus saat dihubungi pada Selasa (7/10/2025).

Ada dugaan bahwa macan ini merupakan individu yang sama dengan yang sempat kabur dari Lembang sekitar satu bulan lalu.

Namun, kepastian tersebut baru dapat diketahui setelah observasi dan identifikasi lebih lanjut.

"Dimungkinkan juga individu yang sama yang sebulan yang lalu, makanya nanti dari hasil observasi akan jauh lebih jelas gitu ya," tambahnya.

Agus menjelaskan, durasi observasi belum dapat ditentukan, karena tergantung pada kondisi kesehatan macan dan keputusan tim medis.

"Kita kan nggak bisa nentuin, tergantung tim medis. Kan kalau memang dia sudah pulih segera mungkin gitu loh, kalau saat ini pun kita kan nggak boleh masuk, hanya para medis saja ya bisa melakukan penanganan," jelasnya.

Dari pengamatan awal, tidak ditemukan cacat fisik pada tubuh macan.

Namun, identifikasi jenis dan kondisi detail lainnya masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter hewan di Cikananga.

Humas BBKSDA Jawa Barat, Eri Mildrayana menambahkan, proses identifikasi terhadap macan tersebut belum dilakukan.

"Belum, kami belum masuk ke identifikasi. Setelah observasi ini, beriringan akan dilakukan analisis atau identifikasi jenis untuk memastikannya,” pungkasnya.

Proses evakuasi macan tutul tersebut berlangsung selama kurang lebih tiga jam.

Petugas gabungan dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung, Kepolisian, dan BKSDA melakukan evakuasi dengan membius macan sebelum memasukkannya ke dalam kandang angkut untuk dipindahkan ke Lembang guna kepentingan observasi lebih lanjut.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/07/160039078/macan-tutul-bandung-masih-lemah-sama-dengan-yang-kabur-dari-lembang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com