Salin Artikel

Menelisik Jejak Macan Tutul Sebelum Masuk Hotel, BKSDA Jabar Temukan Jejak di Kebun

BANDUNG, KOMPAS.com - BKSDA Jabar mengungkap penemuan jejak macan tutul yang sempat terlihat di belakang kebun, tak jauh dari lokasi hotel yang dimasuki macan tutul, di Jalan Padasaluya, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat.

"Hasil checking lapangan demikian (ada jejak macan di kebun)," kata Humas BKSDA Jawa Barat, Eri Mildrayana, saat dihubungi Rabu (8/10/2025).

Eri menduga macan tersebut masuk ke dalam area hotel melalui saluran air yang memanjang di antara kebun dan hotel tersebut.

Jalur tersebut diperkuat dengan ditemukannya jejak kaki macan pada tanah di atas pot di area hotel.

"Di belakang hotel ada saluran air memanjang, nah sesuai hasil checking ditemukan jejak-jejak macan, di kebun di belakang sesuai reel yang kami tampilkan," kata Eri.

Tim BKSDA belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan macan tutul liar itu keluar dari hutan dan masuk ke dalam sebuah hotel.

Berbagai spekulasi muncul, tetapi hal itu masih harus dipastikan.

"Spekulasinya banyak, berdasarkan checking lapangan dari titik lokasi penyelamatan relatif terhubung dengan hutan terdekat, terdapat koridor berupa tegakan rapat, semak belukar, dan area kebun, serta saluran air yang memudahkan macan tutul bergerak sesuai karakternya," jelasnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, memang terdapat kebun di belakang hotel.

Kebun tersebut bisa diakses dengan memasuki jalur aliran air yang terhimpit dua bangunan di kiri dan kanannya.

Jalur air ini yang diduga merupakan akses masuk yang mengarahkan macan tersebut dari kebun ke sebuah hotel di Padasaluya.

Kesaksian Penjaga Hotel

Nasimah (43), seorang penjaga hotel, sempat menceritakan awal penemuan macan yang masuk ke dalam hotel pada Senin (6/10/2025) pagi itu.

Saat itu, Nasimah tengah duduk istirahat usai menyapu halaman hotel, tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara langkah satwa yang turun dari tangga.

"Pas saya mau bangun, macan itu turun dari tangga, di sini banget," kata Nasimah sambil menunjuk tangga.

Kaget bercampur penasaran, Nasimah hanya bisa memandangi satwa yang tengah berjalan memasuki kamar yang tak jauh dari lokasinya berada.

Pandangannya semakin lekat, pupilnya membesar saat memastikan hewan itu adalah macan.

Ia lantas berlari keluar mencari bantuan.

"Macan itu jalannya pelan, makanya saya perhatiin itu bener macan atau bukan, lalu hewan itu masuk kamar 101 yang di sini (kamar pertama di bawah), kan pintunya terbuka, itu sekitar pukul 06.30 WIB. Setelah itu, saya lari minta bantu sekuriti," terangnya.

Nasimah juga sempat menghubungi suaminya yang baru saja keluar, tetapi teleponnya tak terjawab.

Ia kemudian mengirimkan pesan singkat. "Saya wa 'ada macan di hotel cepet balik'. Suami putar balik karena posisi masih di Ledeng," katanya.

Setelah suami, Darwin, tiba di hotel, ia kemudian mengecek kamar 101, tetapi macan sudah tidak ada di ruang tersebut.

"Macannya sudah enggak ada, ternyata dia ke atas lantai dua, ngumpet di pinggir tangga," ujarnya.

Sekuriti yang diminta bantuan kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung.

Tak berselang lama, petugas bersama Polsek Sukasari dan BKSDA tiba di lokasi dan mengevakuasi macan.

Setelah kurang lebih tiga jam penanganan, macan tutul akhirnya dapat dimasukkan ke dalam kandang angkut.

Sebelumnya, macan diberikan obat bius untuk menenangkannya.

Macan pun langsung dibawa ke Lembang untuk dilakukan observasi, lalu dipindahkan ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC), Sukabumi, untuk menjalani observasi intensif sebelum direhabilitasi.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/09/115913378/menelisik-jejak-macan-tutul-sebelum-masuk-hotel-bksda-jabar-temukan-jejak-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com