Salin Artikel

Kisah Nurul Wulandari Lari Jakarta-Bandung 180 Km untuk Bantu Mahasiswa ITB

BANDUNG, KOMPAS.com – ITB Ultra Marathon 2025 masih menyisakan kisah mengharukan. Kali ini datang dari Nurul Wulandari (49).

Nurul menceritakan, ia berjuang menuntaskan jarak 180 kilometer dari Jakarta-Bandung dalam kondisi kurang fit.

“Saya berjuang berlari sampai finish untuk membantu mahasiswa ITB yang kesulitan membayar UKT (Uang Kuliah Tunggal),” ujar Nurul dalam rilis yang diterima Kompas.com Senin (13/10/2025).

Nurul menceritakan, ajang tersebut secara tidak langsung menjadi kampanye pendidikan Rumah Amal Salman untuk bantuan UKT.

Berlari: Ekspresi Perjuangan

Bagi Nurul, lari bukan sekadar olahraga. Sejak 2018, aktivitas ini menjadi bagian dari gaya hidupnya.

Perempuan yang mengaku awalnya hanya ingin memiliki hobi itu sudah pernah menyelesaikan race lari ratusan kilometer, baik road maupun trail.

Lari baginya menjadi wadah ekspresi perjuangan untuk menjaga kesehatan diri, termasuk membantu orang lain.

“Tahun 2018 menjadi tahun pertama saya menekuni hobi lari, saat itu di usia 42 tahun. Dari sekadar hobi yang berlanjut hingga kini, juga pernah meraih beberapa kali podium di ajang lomba lari. Sebelum event kemarin yang mendukung mahasiswa, pada tahun 2024 saya juga pernah mengikuti run to care yang diperuntukkan memenuhi hak-hak anak,” kata Nurul.

Selama hampir 37 jam, Nurul berlari siang dan malam, menembus terik, kantuk, dan rasa sesak yang beberapa kali membuat saturasi oksigennya turun di angka 92 persen.

Namun, tekadnya tidak goyah. Ia menuntaskan lomba kategori individu penuh dengan menempati posisi podium ke-2 kategori Alumni ITB yang bertahan hingga finish.

“Sebenarnya saya merasa sudah hampir mau menyerah, tetapi saya sudah berkomitmen dalam event ini. Bahkan saya juga sudah mempersiapkan fisik dan mental dengan melakukan latihan yang intens, sehingga saya berani menyelesaikan hingga finis,” kata Nurul.

Cermin Masa Lalu: Terkendala Biaya Kuliah

Baginya, perjalanan panjang menuntaskan 180 kilometer itu ibarat cermin perjalanan pendidikannya di masa lalu yang juga mengalami kesulitan. Sehingga ia juga secara sularela menjadi relawan program #runforgajahdidik.

“Saya tergerak dengan kampanye program ini karena saya juga pernah mengalami kesulitan biaya. Perjalanan masuk ITB itu sudah sulit, tetapi keluar kampus juga harus terhormat. Sehingga selama kita terus maju, pasti ada jalan,” katanya.

Melalui perjuangan ini, Nurul berharap semakin banyak pihak tergerak untuk mendukung pendidikan.

Ia percaya, sekecil apa pun kontribusi akan berarti besar bagi mahasiswa yang tengah berjuang meraih cita-citanya.

“Kesempatan berlari virtual di Ultra Marathon ITB masih berlangsung hingga 13 Oktober bulan ini. Meski bantuan yang kita berikan bulan dalam bentuk dana, tetapi berlari dalam kampanye program ini memberikan dukungan moril juga untuk mereka,” pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/13/134115178/kisah-nurul-wulandari-lari-jakarta-bandung-180-km-untuk-bantu-mahasiswa-itb

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com