Salin Artikel

Meski Banyak Pabrik Baru, Minat Warga Indramayu Kerja di Luar Negeri Tetap Tinggi

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Minat warga Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, untuk bekerja ke luar negeri masih tinggi. Gaji yang lebih besar dibanding upah dalam negeri menjadi alasan utama mereka ingin menjadi pekerja migran.

Data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Indramayu mencatat, hingga September 2025 ada sebanyak 17.753 pencari kerja yang terdata.

“Yang terserap sudah 97 persen, paling banyak kerja ke luar negeri, sekitar 75 persennya lah, sisanya lokal,” ujar Kepala Disnaker Indramayu, Asep, saat ditemui di kantornya, Senin (13/10/2025).

Asep mengatakan, pihaknya berencana memasukkan lowongan kerja resmi luar negeri dengan menggandeng Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) ke dalam aplikasi Nyari Gawe milik Pemprov Jawa Barat yang sebelumnya diluncurkan oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.

Langkah ini sekaligus menjadi solusi untuk menekan praktik percaloan yang kerap menjerat calon pekerja migran secara unprosedural.

“Nanti saya akan coba untuk koordinasikan dulu ya, perusahaan-perusahaan yang punya loker luar negeri resmi dan berizin bisa juga menginformasikan lokernya lewat aplikasi tersebut,” kata dia.

Asep menambahkan, aplikasi Nyari Gawe akan menjadi penguat dari aplikasi pemerintah lainnya seperti SISKOP2MI dan SIAPkerja dalam memperluas jangkauan informasi lowongan resmi luar negeri.

Di sisi lain, Asep tidak menampik adanya peningkatan minat bekerja di dalam negeri, terutama di daerah asal, berkat proyek kawasan industri yang tengah diupayakan Pemkab Indramayu.

Kawasan industri tersebut tersebar di sejumlah wilayah seperti Kecamatan Losarang dan Krangkeng.

Walau masih dalam proses pembangunan, sejumlah pabrik sudah mulai menyerap tenaga kerja.

"Dari data kita, penyerapan lokal tahun sebelumnya itu paling hanya sekitar di bawah 500 per orang, tapi sekarang sudah sekitar 1.200 orang,” jelas Asep.

Ia mengatakan, Disnaker Indramayu memiliki tugas menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten. Pelatihan kerja akan disesuaikan dengan kebutuhan keahlian yang diminta oleh pabrik-pabrik di wilayah tersebut.

"Disnaker menyiapkan dengan prinsip sesuai kebutuhan. Itu ada namanya TNA atau Training Need Analysis. Jadi nanti ada dasar kajian program, yang dibutuhkan apa," jelas dia.

Selain itu, pihaknya berencana memfasilitasi eks pekerja migran agar memiliki opsi kerja lain bila tidak kembali ke luar negeri setelah kontrak selesai.

“Yang eks ini ada kemungkinan berangkat lagi, tapi pertimbangannya mungkin berat karena keluarga. Nah kalau ada industri di sini yang menyerap eks, kami minta prioritas juga untuk eks ke perusahaan. Apalagi kalau dia punya pengalaman kerja di luar negeri, sudah biasa bekerja, dan usia masih produktif,“ tutup Asep.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/13/181354878/meski-banyak-pabrik-baru-minat-warga-indramayu-kerja-di-luar-negeri-tetap

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com