Salin Artikel

Warga Terdampak Penutupan Tambang Kritik BLT, Dedi Mulyadi Diminta Perbanyak Lapangan Kerja

BOGOR, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengumumkan langkah-langkah dari pemerintah provinsi untuk membantu warga yang terdampak penutupan sementara aktivitas tambang di Rumpin, Cigudeg, dan Parung Panjang.

Dalam pengumumannya, Dedi Mulyadi menawarkan dua opsi bantuan yakni bantuan tunai atau pekerjaan di sektor pemerintahan.

Ketua Asosiasi Transporter Tangerang Bogor (ATTB), Asep Fadhlan, memberikan apresiasi terhadap solusi yang ditawarkan.

Menurutnya, opsi yang lebih baik adalah mempekerjakan warga terdampak, termasuk sopir truk, sebagai petugas kebersihan, sopir armada, operator alat berat, atau petugas pemadam kebakaran.

"Kami apresiasi terhadap solusi dan tawaran opsi dari KDM," kata Fadhlan kepada Kompas.com, Senin (13/10/2025).

Ia menambahkan, program tersebut lebih prospektif untuk masa depan warga yang terdampak penutupan tambang sementara.

Warga Kritik BLT

Fadhlan juga mengkritik bantuan tunai yang dinilai bersifat sementara dan dapat menguras anggaran.

Ia berpendapat bahwa bantuan tunai tidak mendidik warga untuk mandiri dan berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial, terutama bagi mereka yang tidak menerima bantuan.

"Juga bakal overlap dengan data warga yang sudah menerima bantuan dari program pemerintah pusat berupa PKH dan lain-lain," ungkapnya.

Jika bantuan tunai tetap diberikan, Fadhlan menyarankan agar disalurkan hanya satu kali.

Ia berharap aktivitas pertambangan di Rumpin, Cigudeg, dan Parung Panjang dapat segera dibuka kembali.

Fadhlan meminta agar program perekrutan pekerja di Pemprov Jabar dapat disegerakan dengan kapasitas yang lebih banyak, mengingat lebih dari 90 persen masyarakat terdampak dari penutupan tambang tersebut.

Namun, ia juga berharap Dedi Mulyadi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi warga yang terdampak.

Menurutnya, informasi yang diperoleh dari media sosial dapat menimbulkan asumsi liar.

"Harapan kami perusahaan tambang segera dibuka kembali dan pembangunan revitalisasi jalan di Parung Panjang serta Jembatan Leuwiranji segera diselesaikan. Karena itu salah satu yang menghambat jalannya perekonomian," tuturnya.

Fadhlan menekankan pentingnya kepastian jangka waktu terkait penutupan aktivitas tambang.

Ia menginginkan kejelasan mengenai kapan pengumuman hasil audit perusahaan, kapan revitalisasi jalan selesai, dan bagaimana kepastian armada yang bisa melewati jalan hasil revitalisasi serta kapan jalur tambang dapat dibuka.

"Kapan pengumuman hasil audit perusahaan? Kapan revitalisasi jalan selesai? Bagaimana kepastian armada yang bisa melewati jalan hasil revitalisasi dan kapan bisa dibuatkan jalur tambang?" pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/14/061635378/warga-terdampak-penutupan-tambang-kritik-blt-dedi-mulyadi-diminta-perbanyak

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com