Salin Artikel

Korban Keracunan MBG di SMPN 1 Cisarua Tembus 115 Siswa, Kelas Disulap Jadi Posko Darurat

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Jumlah siswa SMPN 1 Cisarua yang mengalami keracunan makanan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) terus bertambah.

Hingga Selasa (14/10/2025) pukul 17.27 WIB, tercatat 115 siswa mengalami gejala serupa seperti mual, pusing, dan muntah usai menyantap menu MBG di sekolah mereka.

Dari jumlah tersebut, 11 siswa masih ditangani di posko sekolah, 56 lainnya dirujuk ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas Cisarua, RSUD Lembang, dan RS Cibabat, sementara 48 siswa sudah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan medis.

Pantauan di lapangan, arus siswa yang mengalami gejala terus berdatangan ke posko darurat di lingkungan sekolah.

Ruang-ruang kelas disulap menjadi Unit Gawat Darurat (UGD) darurat.

Di dalamnya, puluhan siswa terbaring lemah di atas bangku dan kasur lipat, sebagian tangan mereka terpasang infus.

Pelaksana Tugas (Plt) Camat Cisarua, Herman, mengatakan Bupati Bandung Barat telah memerintahkan seluruh jajaran kecamatan untuk memastikan kesiapan fasilitas kesehatan dalam menampung para siswa terdampak serta melakukan pemantauan lapangan.

“Kami koordinasi dengan pihak sekolah dan dapur penyedia makanan, menelusuri kemungkinan kasus serupa di sekolah lain. Namun, alhamdulillah, sampai sore ini belum ada laporan tambahan,” ujar Herman.

Program MBG di wilayah Cisarua diketahui menyasar sembilan sekolah.

Namun, hingga kini, kasus keracunan hanya dilaporkan dari SMPN 1 Cisarua.

Herman menuturkan dapur penyedia makanan yang dikenal sebagai dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bersangkutan telah beroperasi lebih dari sebulan tanpa keluhan sebelumnya.

"Untuk pemeriksaan dapur nanti akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Kami hanya memastikan koordinasi dan pemantauan di lapangan,” ucap Herman.

Kepala SMPN 1 Cisarua, Agus Solihin, mengatakan untuk menampung siswa yang jatuh sakit, pihak sekolah mengubah tiga ruang kelas menjadi ruang darurat.

Tiga ruang yang menjadi unit darurat itu di antaranya laboratorium komputer, ruang multimedia, dan satu ruang kelas disulap menjadi tempat penanganan sementara.

“Betul, kami tampung semua ke sini, jadi yang sudah pulang, kemudian bergejala kami bawa ke sini. Di sini jadi pusat penanganan," ujar Agus.

Hingga berita ini ditulis, petugas kesehatan masih berjaga di posko SMPN 1 Cisarua.

Sementara sejumlah unit ambulans disiagakan di halaman sekolah untuk evakuasi siswa ke fasilitas kesehatan.

Pemeriksaan sampel makanan dari dapur penyedia tengah dilakukan Dinas Kesehatan Bandung Barat untuk memastikan sumber penyebab keracunan massal tersebut.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/14/201005578/korban-keracunan-mbg-di-smpn-1-cisarua-tembus-115-siswa-kelas-disulap-jadi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com