Salin Artikel

Rieke "Oneng" PDI-P Vs Dedi Mulyadi: Berbalas Video gara-gara Jalan Rusak di Cikidang

Dalam video yang diunggah melalui akun @riekediahp, Selasa (14/10/2025), Rieke menyampaikan langsung rusaknya jalan di Pasir Langkap, Kecamatan Cikidang.

“Assalamualaikum Kang Dedi, saya Nyi Iroh, warga Cikidang di Sukabumi. Nah ini jalan kayak gini Kang Dedi, tolong dibantu,” kata Rieke dalam videonya.

“Kang Dedi, kasihan warga. Ini jalannya bahaya banget kalau malam,” tambahnya.

Rieke juga menyampaikan bahwa saat masa reses, ia turun ke daerah untuk menyerap aspirasi masyarakat.

Dalam gaya khasnya, ia menyelipkan candaan saat menyebut jalan rusak itu “haram karena memabukkan”.

“Yang haram itu segala hal yang memabukkan. Nah, ini (sambil menunjuk ke rekannya di mobil) mabuk karena jalan butut. Jadi kesimpulannya, jalan butut adalah haram karena memabukkan. Agar kehidupan warga tidak menjadi haram, maka jalan harus dibenerin,” ucap Rieke.

Ditanggapi Dedi Mulyadi

Unggahan itu kemudian ditanggapi langsung oleh Dedi Mulyadi melalui akun Instagramnya @dedimulyadi71.

“Untuk Neng Iroh, itu apa-apaan Neng di Sukabumi panas-panasan. Sukabumi itu kabupaten yang sering dibantu provinsi,” ujar Dedi.

“Itu jalan Cikidang masuknya jalan apa? Jalan kabupaten atau jalan provinsi? Perasaan mah itu jalan kabupaten, kelihatannya tanahnya tanah perhutanan. Nanti kita koordinasi sama bupatinya ya, supaya dapat prioritas,” lanjutnya.

Tak lama kemudian, Rieke kembali merespons lewat video. Ia mengatakan sudah berada di Purwakarta dan memuji kondisi jalan di sana yang dinilai terawat baik.

“Kang Dedi, Nyi Iroh sudah sampai di Purwakarta. Alhamdulillah di Purwakarta jalan-jalannya dengan drainase cukup baik dan terawat,” ujarnya.

Rieke juga menanggapi pertanyaan Dedi soal status jalan Cikidang.

Ia memutar rekaman suara dari Sholihudin, Kepala Desa Bumisari, Kecamatan Cikidang, yang memberikan penjelasan.

“Dulunya jalan kabupaten, tapi statusnya dicabut pada 2018. Sekarang solusinya kembalikan lagi statusnya,” kata Sholihudin dalam rekaman tersebut.

Menurut penjelasan Sholihudin, pengajuan perbaikan jalan selalu ditolak karena status jalan tidak jelas. Hal ini ditekankan kembali oleh Rieke.

“Memang status harus jelas, kalau tidak jelas membuat hidup jadi galau. Tolong Pak Bupati, statusnya dikembalikan supaya hubungan kita jelas,” ujar Rieke.

Rieke juga menyebut bahwa jika status jalan jelas, maka pengajuan anggaran perbaikan dapat diperjuangkan dengan lebih mudah.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/15/130118878/rieke-oneng-pdi-p-vs-dedi-mulyadi-berbalas-video-gara-gara-jalan-rusak-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com