Salin Artikel

Viral Keributan Rentenir Vs Warga Berujung Korban Meninggal Dunia di Bandung Barat

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Sebuah video keributan yang berujung maut di Kampung Cisomang, Desa Wangunjaya, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, viral di media sosial pada Rabu (15/10/2025).

Rekaman itu memperlihatkan ketegangan antara warga dengan sekelompok orang yang disebut-sebut sebagai penagih utang atau rentenir hingga menyebabkan seorang pria meninggal dunia.

Dalam video berdurasi singkat tersebut, tampak kerumunan warga yang berteriak dan mencoba melerai adu mulut yang berujung baku hantam.

Narasi yang menyertai video menyebutkan, keributan itu dipicu kedatangan sekelompok penagih utang ke rumah seorang warga berinisial H (35).

Namun, suasana cepat berubah panas hingga memancing amarah warga sekitar.

"Jadi, benar beberapa waktu ke belakang terjadi keributan di Desa Wangunjaya, Kecamatan Cikalongwetan,” ungkap Kapolres Cimahi AKBP Niko Nurallah Adi Putra saat dikonfirmasi, Rabu (15/10/2025).

Menurut Niko, hasil penyelidikan sementara menunjukkan peristiwa bermula ketika penagih utang mencari rumah H, yang istrinya disebut memiliki cicilan yang belum dibayar.

Di sebuah gang sempit, mereka berpapasan dan langsung terlibat cekcok.

"Di sana langsung terjadi cekcok serta terjadi pengeroyokan yang dilakukan oleh tiga orang serta lima orang lainnya menghalangi warga yang akan membantu,” kata Niko.

H kemudian berusaha melarikan diri ke Jalan Cisomang untuk mencari pertolongan warga.

Keluarganya, DH (40), SR (23), dan Y (55), ikut turun tangan untuk melerai.

Namun, mereka justru menjadi sasaran amukan para penagih utang.

Dalam kekacauan itu, Y yang dibonceng SR di sepeda motor diduga ditendang hingga terjatuh.

Setelah sempat berdiri dan berjalan menuju rumahnya, Y tiba-tiba terjatuh lagi sambil mengeluh sesak di dada.

“Lalu oleh warga dibawa ke rumahnya, beberapa saat kemudian dinyatakan meninggal dunia. Menurut keterangan keluarga, korban Y mempunyai riwayat penyakit jantung,” jelas Niko.

Polisi menyebut, pihak keluarga menolak visum dan otopsi dengan alasan menerima peristiwa itu sebagai musibah.

Mereka menandatangani surat pernyataan di atas meterai.

Selain korban meninggal, empat orang lainnya mengalami luka-luka akibat pengeroyokan tersebut.

Situasi sempat memanas hingga aparat kepolisian diterjunkan untuk mengamankan lokasi.

Beberapa orang yang diduga penagih utang diamankan di kantor desa untuk menghindari amukan massa yang kian membesar.

"Satreskrim Polres Cimahi sudah mengamankan lima orang yang sampai saat ini masih kami coba dalami peran masing-masing. Atas keributan tersebut, ada salah satu korban meninggal dunia (diduga memiliki penyakit jantung). Korban lima orang dan salah satunya meninggal dunia,” tandasnya.

Kepolisian masih menyelidiki motif dan peran tiap terduga pelaku dalam insiden yang menimbulkan kepanikan warga dan memicu reaksi keras di dunia maya itu.

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/15/162032878/viral-keributan-rentenir-vs-warga-berujung-korban-meninggal-dunia-di-bandung

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com