Salin Artikel

Bupati Tasikmalaya Sindir Dedi Mulyadi: Saya Baru 4 Bulan, Bangunan SD Rusak 2 Tahun

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, menanggapi pernyataan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menyebut rehabilitasi bangunan sekolah dasar (SD) yang rusak merupakan kewenangan bupati.

Cecep menilai tidak adil bila semua kesalahan terkait kerusakan sekolah dibebankan kepadanya, mengingat ia baru menjabat sebagai bupati selama empat bulan. Sebelumnya ia menjabat wakil bupati selama lima tahun.

Sindiran itu muncul usai viralnya video siswa-siswi SDN Curugtelu, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, yang memperlihatkan kondisi bangunan sekolah mereka ambruk dan tak bisa digunakan selama dua tahun terakhir.

Cecep mengungkapkan, Pemkab Tasikmalaya telah mengusulkan revitalisasi 54 bangunan PAUD, SD, dan SMP untuk dibiayai melalui anggaran pusat pada 2025.

“Saya sudah teleponan dengan Pak KDM, saya sudah ketemu Pak Wamen Dikdas, sudah diusulkan tahun 2025 ini dan alhamdulillah dari 20 kita jadi dapat tambahan revitalisasi jadi 54 bangunan SD, SMP, dan PAUD. Kalau sekarang masih banyak yang rusak, memang yang rusaknya lebih dari seribu,” jelas Cecep kepada wartawan di Bale Kota Tasikmalaya, Jumat (17/10/2025).

Akui Kewenangan Bupati, Tapi Harap Dukungan

Cecep tidak menampik bahwa pernyataan Dedi Mulyadi soal kewenangan perbaikan PAUD, TK, SD, dan SMP berada di tangan bupati adalah benar.

Namun, ia menegaskan bahwa pemerintah kabupaten juga membutuhkan dukungan anggaran pusat dan provinsi.

“Kan itu tak boleh bahas status milik siapa? Kalau bantu-bantu aja boleh. Mau direvitalisasi boleh, senang hati saya kalau Pak Gubernur mau bantu,” tambahnya.

Ia menyebut telah berkoordinasi dengan Wakil Menteri Dikdasmen RI untuk memperjuangkan revitalisasi lebih dari seribu bangunan sekolah rusak di wilayahnya.

“Tapi kan karena yang rusak itu bukan karena 4 bulan. Rusak kelas itu sudah terabaikan lama, yang kemarin Culamega kan sudah lewat dua tahun. Cecep baru 4 bulan (jabat bupati dan 5 tahun Wabup Tasikmalaya). Jadi tak adil juga kalau yang rusak itu seolah dibebankan ke saya seluruhnya,” ujarnya.

Cecep menambahkan, kewenangan Pemprov Jabar hanya mencakup SMA, SMK, dan SLB. Sementara jumlah PAUD, TK, SD, dan SMP di Tasikmalaya jauh lebih banyak, sehingga membutuhkan perhatian lebih besar dari pemerintah pusat dan daerah.

Kasus ambruknya SDN Curugtelu mengingatkan publik pada kasus korupsi proyek rehabilitasi 784 bangunan SD yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Provinsi (Banprov) Jawa Barat tahun 2013.

Proyek itu tak menyelesaikan masalah kerusakan ruang kelas hingga kini.

Salah satu orang tua murid di Culamega, Endih Saepudin, berharap agar rehabilitasi sekolah ditangani oleh pemerintah provinsi atau pusat.

“Begini, Pak, saat ini kan Bupati atau Dinas Pendidikan alasannya menunggu bantuan DAK dan Banprov. Jadi kalau dikerjakan lagi di Kabupaten Tasikmalaya, kami khawatir hanya jadi bancakan proyek saja, rawan korupsi lagi,” kata Endih kepada Kompas.com, Kamis (16/10/2025).

Menanggapi hal itu, Gubernur Dedi Mulyadi berjanji akan mengirim tim khusus untuk menghitung biaya perbaikan sekolah di lokasi, meski kewenangan tersebut sebenarnya berada di tangan bupati.

“Untuk adik-adik ku yang cantik, anak-anak ku tersayang. Sebenarnya pembangunan sekolah dasar itu menjadi kewajiban bupati-nya melalui anggaran pemerintah kabupaten. Tapi, karena mendesak, saya akan langsung turunkan tim ke lokasi,” ungkap Dedi melalui akun Instagram-nya, Kamis (16/10/2025).

Kondisi ini menyoroti penanganan pendidikan dasar di daerah.

Siswa-siswi SDN Curugtelu terpaksa belajar di luar bangunan sekolah selama dua tahun akibat ruang kelas ambruk, hingga akhirnya video mereka viral di media sosial dan menarik perhatian publik.

Para siswa ini pun meminta tolong kepada Dedi Mulyadi memperbaiki sekolahnya melalui media sosial. 

https://bandung.kompas.com/read/2025/10/17/141009878/bupati-tasikmalaya-sindir-dedi-mulyadi-saya-baru-4-bulan-bangunan-sd-rusak-2

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com