Salin Artikel

Hasil Investigasi Selesai, Polisi Ungkap Penyebab Kecelakaan yang Tewaskan Atlet Bulu Tangkis Muda Indramayu

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Sat Lantas Polres Indramayu membeberkan hasil investigasi kecelakaan yang menewaskan atlet bulu tangkis muda, Ainun Al Munawar, di Jalan Raya Panyindangan Wetan, Kecamatan Sindang, pada Rabu (22/10/2025) sekitar pukul 15.30 WIB.

Kasat Lantas Polres Indramayu, AKP Rizky Aulia Pratama mengatakan kecelakaan tersebut disimpulkan terjadi akibat kelalaian korban berdasarkan pemeriksaan dan olah tempat kejadian perkara.

Saat itu, Ainun yang berboncengan dengan Rivaldo mengendarai sepeda motor Honda CRF bernomor polisi E 2461 PCN, melaju dari arah Sindang menuju Lohbener. Sesampainya di lokasi, Ainun berusaha menyalip mobil pick up box.

Namun, korban menoleh ke belakang ketika sepeda motor dalam kecepatan tinggi. Pada saat bersamaan, sepeda motor Honda Beat yang dikendarai rekannya, Keivien Billah, berada tepat di depan.

"Sepeda motor Honda Beat Silver yang dikemudikan Keivien Billah (teman korban) tertabrak dari belakang oleh sepeda motor Honda CRF yang dikemudikan Ainun (korban)," ujar Rizky di Mapolres Indramayu, Jumat (14/11/2025).

Benturan itu membuat Ainun terjatuh ke sisi kiri jalan dan terlindas roda kanan belakang mobil pick up box yang melaju dari arah sama.

Ainun meninggal dunia di lokasi, sedangkan rekannya mengalami luka-luka. Mobil tersebut kemudian meninggalkan lokasi kejadian.

Rizky menjelaskan kondisi jalan saat kejadian lurus, beraspal, dengan lebar sekitar enam meter. Jalan dalam keadaan basah akibat hujan.

Polisi menelusuri rekaman CCTV dan berhasil mengidentifikasi kendaraan yang terlibat, yakni mobil pick up Daihatsu Gran Max bernomor polisi B 9983 VCE yang dikemudikan Didik Nurdiansyah.

Dalam penyelidikan, polisi memeriksa sedikitnya 20 saksi, terdiri dari 2 saksi mata, 5 rekan korban, 11 pelajar yang sebelumnya mengejar korban, serta dua saksi dari pihak pengemudi mobil pick up.

Dari keterangan saksi dan fakta penyelidikan, diketahui sebelum kecelakaan terjadi, Ainun dan rombongannya yang berjumlah tiga motor berpapasan dengan kelompok pelajar lain yang membawa lima motor. Ainun diduga menggerungkan gas motornya sambil menoleh ke arah rombongan tersebut.

Rombongan pelajar itu merasa terprovokasi. "Sehingga terjadi pengejaran terhadap korban Ainun dan kawan-kawannya ke arah Lohbener hingga berada di belakang pick up box Daihatsu Gran Max," terang Rizky.

Ainun dan rekan-rekannya kemudian berusaha menyalip mobil tersebut, dengan posisi Ainun berada paling belakang. Ia diduga kurang konsentrasi karena kembali menoleh ke belakang untuk melihat rombongan yang mengejar.

Dalam posisi menyalip dan berkecepatan tinggi itulah ia menabrak belakang motor rekannya.

"Saat itu lah sepeda motor korban oleng dan terjatuh, korban jatuh ke kiri lalu terlindas roda kanan mobil. Ainun meninggal dunia di TKP," kata Rizky.

Ia menambahkan, baik rombongan korban maupun rombongan pelajar lain sama-sama berkendara dengan cara membahayakan.

Polisi menetapkan kejadian itu naik ke tahap penyidikan. Dua orang diduga melanggar Pasal 312 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yakni pengemudi mobil pick up Didik Nurhadiansyah serta pengendara Honda Beat, Keivien Billah.

"Diduga mereka dengan sengaja tidak menolong, berhenti, dan melaporkan peristiwa kecelakaan ke pihak kepolisian terdekat," jelas Rizky.

Adapun rombongan pelajar yang mengejar korban disebut tidak melakukan kontak langsung dan jaraknya cukup jauh dari korban saat kecelakaan terjadi.

"Untuk penyebab kecelakaan sendiri adalah karena kelalaian pengemudi korban saat mengendarai sepeda motor Honda CRF ketika menyalip kendaraan pick up box sambil menoleh ke belakang dalam kecepatan tinggi," kata Rizky.

https://bandung.kompas.com/read/2025/11/14/161202778/hasil-investigasi-selesai-polisi-ungkap-penyebab-kecelakaan-yang-tewaskan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com