Salin Artikel

Kereta Khusus Petani-Pedagang: Nyaman, Lapang, dan Bikin Penumpang Merasa Diistimewakan

LEBAK, KOMPAS.com - Kereta Khusus Petani-Pedagang resmi beroperasi pada Senin (1/12/2025) di lintas Rangkasbitung–Merak.

Layanan ini menjadi fasilitas baru bagi para pedagang yang selama ini mengandalkan kereta untuk mengangkut barang dagangan mereka.

Perjalanan kereta perdana berangkat dari Stasiun Rangkasbitung pukul 05.30 WIB dengan tujuan ke Stasiun Merak.

Disambut Antusias dan Merasa Diistimewakan

Para pedagang menyambut antusias kehadiran kereta ini. Sejak pertama kali mencoba, mereka mengaku seperti diistimewakan dan merasa memiliki gerbong sendiri.

Mereka menyebut baru kali ini merasa benar-benar diperhatikan ketika naik kereta.

“Baru kali ini rasanya diistimewakan naik kereta, serasa gerbong milik sendiri, spesial untuk kami,” kata Sarminah (52), pedagang asal Catang, Kabupaten Serang.

Ia mengaku sudah menunggu kereta ini sejak beberapa hari lalu dan kini merasa senang bisa mencoba langsung.

Kondisi gerbong yang sejuk dan lapang turut menambah kenyamanan para pedagang selama dalam perjalanan.

Pedagang lain, Asmanah (41), juga mengaku biasanya selalu berebut tempat duduk dengan penumpang umum. Tapi kini dia leluasa bisa duduk dan menyimpan barang jualannya tanpa khawatir mengganggu penumpang lain.

Untuk dapat menggunakan fasilitas ini, petani dan pedagang wajib memiliki kartu khusus yang diperoleh melalui registrasi di loket stasiun. Kartu tersebut bukan tiket perjalanan, melainkan syarat akses ke gerbong khusus.

“Buatnya gampang, datang ke loket dikasih formulir lalu tunjukkan KTP, langsung dapat kartunya gratis,” ujar Ida (38) yang mengurus kartu di Stasiun Cikeusal.

Ida menyebut proses pembuatan kartu tidak rumit dan cukup dilakukan sekali. Kartu berwarna hijau bertuliskan Kereta Petani & Pedagang dan dilengkapi lanyard untuk dikalungkan di leher.

Pengguna kartu dapat memesan tiket mulai H-7 keberangkatan dan melakukan boarding hingga dua jam sebelum jadwal kereta. Sementara tiket perjalanan tetap dibeli terpisah dengan tarif Rp 3.000.

Meskipun senang dengan fasilitas baru ini, sejumlah pedagang berharap aturan batasan barang bawaan dapat ditinjau ulang. Saat ini, KAI Commuter membatasi maksimal dua tentengan per orang dengan ukuran 100 cm x 40 cm x 30 cm per koli.

“Hanya boleh bawa dua tentengan saja. Biasanya saya bawa lima, tapi tiga dibawa pulang lagi karena takut ditegor,” kata Sumarni (50).

Ia menuturkan, setiap tentengan berisi beberapa jenis dagangan, termasuk nasi merah dan penganan ringan dengan keuntungan seribu hingga seribu lima ratus rupiah per jenis. Dengan pembatasan tersebut, pendapatan harian disebutnya berpotensi menurun.

Pedagang lain, Asmanah (41) juga menyampaikan keluhan yang sama, Asmanah yang biasa membawa tiga tentengan juga was-was ditegur oleh petugas karena ada aturan yang diterapkan di Kereta Khusus Petani-Pedagang.

Dia berharap aturan ini bisa diperbaharui agar pedagang bisa membawa barang dagangan lebih banyak.

"Mungkin karena awal-awal ya, jadi maklum saja, semoga ke depan bisa lebih fleksibel," ujar dia.

Dulu Kerap Ditegur, Sekarang Bersyukur

Selama bertahun-tahun, para pedagang kerap menerima teguran dari penumpang maupun petugas karena barang dagangan dinilai mengganggu lorong kereta. Mereka biasanya menaruh komoditas di pangkuan atau di bawah kursi untuk menghindari teguran dari penumpang lain.

“Sering ditegur, katanya barang saya terlalu banyak dan menghalangi jalan. Pernah juga dibilang merepotkan,” kata Sumarni yang sudah lebih dari 20 tahun berdagang menggunakan kereta.

Sementara Asnamah, mengaku, sebelum ada kereta khusus ini, ia harus bangun dini hari untuk memastikan kebagian naik kereta pertama agar tidak terlalu penuh penumpang.

Ia kerap menempuh perjalanan hingga sekitar satu jam dengan barang yang ditumpuk di bawah kursi atau di pangkuannya.

“Kalau ramai, saya suka kesulitan bergerak. Dagangan saya taruh di pangkuan biar enggak ganggu orang. Capek, tapi harus dibawa karena itu sumber rezeki,” katanya.

Ia berharap fasilitas ini terus dijalankan karena sangat membantu pedagang kecil seperti dirinya.

Kereta Petani dan Pedagang, telah melayani sebanyak 87 pengguna di hari pertama operasional hingga pukul 15.00 WIB

Berdasarkan data dari KAI Commuter, Stasiun Cikeusal merupakan stasiun pemberangkatan pengguna Kereta Petani dan Pedagang paling banyak.

“Sejumlah 36 pengguna Kereta Petani dan Pedagang yang naik di stasiun ini untuk menuju ke arah Stasiun Rangkasbitung maupun ke arah tujuan Stasiun Merak,” jelas VP Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda, Senin.

Kereta Khusus Petani-Pedagang dijadwalkan melayani 14 perjalanan per hari, masing-masing tujuh keberangkatan dari Rangkasbitung dan tujuh dari Merak.

Tarifnya Rp 3.000 melalui skema subsidi PSO. Layanan ini diharapkan dapat mempermudah distribusi barang usaha lokal dan mengurangi risiko pedagang menerima teguran saat membawa dagangan.

https://bandung.kompas.com/read/2025/12/02/060148978/kereta-khusus-petani-pedagang-nyaman-lapang-dan-bikin-penumpang-merasa

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com