Salin Artikel

Dedi Mulyadi Telepon Lucky Hakim Minta Selesaikan Banjir Rob Indramayu, Warga Ucapkan Terima Kasih

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Warga Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, mengucapkan terima kasih atas respons Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang memperhatikan bencana banjir rob yang melanda desa mereka.

Bencana itu sudah terjadi puluhan tahun tanpa kunjung mendapat solusi permanen walau beragam upaya sudah dilakukan warga.

Hingga akhirnya, Dedi Mulyadi yang kala itu sedang berada di Bandara Sibolga, Sumatera Utara, langsung menelepon Bupati Indramayu Lucky Hakim dan memintanya segera menyelesaikan masalah banjir rob yang melanda dua desa Eretan.

“Kepada Bapak Gubernur Jawa Barat, Pak Dedi Mulyadi terima kasih sudah merespons keadaan yang terjadi di Desa Eretan Wetan,” ujar Ketua Aliansi Warga Eretan Wetan, Supriyanto dalam video yang diterima Kompas.com, Sabtu (6/12/2025).

Meski demikian, Supriyanto yang mewakili warga desanya ingin sedikit meluruskan perihal percakapan antara Dedi Mulyadi dan Lucky Hakim sebagaimana yang beredar.

Menurut Supriyanto, hingga saat ini warga Desa Eretan Wetan masih menunggu kapan rencana pembangunan tanggul sungai akan disosialisasikan.

Warga justru tahu kabar rencana pembangunan tanggul laut dan tanggul sungai yang direncanakan oleh pemerintah pusat dari pemberitaan.

Padahal, warga juga ingin tahu berapa meter tanggul yang dibutuhkan untuk pelebaran sungai. Termasuk berapa rumah di sepanjang tanggul yang harus pindah dan solusi seperti apa yang akan diberikan bagi warga yang tergusur.

“Faktanya sampai hari ini warga Desa Eretan Wetan sebenarnya masih menunggu kapan pemerintah akan melakukan sosialisasi tersebut,” ujarnya.

Tak hanya itu, Supriyanto juga menjelaskan bahwa di Desa Eretan Wetan total terdapat kurang lebih sebanyak 3.000 rumah dengan jumlah penduduk sekitar 12.000 jiwa.

Saat banjir rob terjadi, nyaris seluruh wilayah terdampak.

Beragam masukan pun sebenarnya sudah diberikan warga kepada pihak-pihak terkait, termasuk Bupati Indramayu dan sangat berharap masukan itu bisa didengarkan.

“Kami sudah sering menitipkan harapan terkait dengan penanggulangan banjir di Eretan Wetan kepada beberapa pihak, termasuk Bupati Indramayu. Hanya saja, kami menganggap bahwa beberapa informasi yang disampaikan kerap terjadi miss komunikasi atau kesalahan dalam memahami kondisi yang terjadi di Desa Eretan Wetan,” ujar dia.

Hingga akhirnya, warga terpaksa melakukan aksi unjuk rasa di pinggir Jalur Pantura Indramayu pada 7 November 2025.

Warga dalam hal ini hanya ingin suara mereka didengar sampai ke telinga Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat.

“Bapak Gubernur, kami butuh peran dan kehadiran pemerintah dalam merespons permasalahan yang ada di Eretan,” ujar dia.

Masih disampaikan Supriyanto, dalam aksi unjuk rasa itu, upaya warga sebenarnya membuahkan hasil.

Pemkab Indramayu melalui Dinas PUPR langsung menerjunkan satu alat berat ekskavator untuk penguatan tanggul sungai.

Namun, seiring berjalannya waktu dan melihat kondisi panjangnya sungai yang mengelilingi desa, warga memohon adanya dua alat berat tambahan dari Pemprov Jabar, dalam hal ini BBWS.

Supriyanto menyebut, tapi sampai sekarang belum ada ekskavator tambahan yang hadir di desanya.

“Kami sudah direndam oleh air banjir selama bertahun-tahun, anak-anak kami harus berangkat sekolah dengan melewati genangan banjir rob, kami berharap pemerintah bisa menunjukkan tanggung jawab,” ujarnya.

Supriyanto menjelaskan, beragam cara akan dilakukan pihaknya dan warga Desa Eretan Wetan yang lain demi memperjuangkan hak mereka untuk hidup dengan layak tanpa banjir rob, termasuk demi masa depan anak-anak mereka kelak.

Dengan video yang ia buat, Supriyanto berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian serius untuk pesisir Eretan. Ada ribuan warga yang saat ini menanti ulur tangan dari pemerintah.

Ia juga mengundang Dedi Mulyadi supaya bisa berkunjung ke desanya untuk melihat langsung kondisi warga yang harus beraktivitas di tengah kepungan banjir rob yang terus datang.

“Semoga Pak Gubernur memiliki waktu dan kesempatan untuk bisa berkunjung ke Desa Eretan Wetan dan kami berharap masalah yang terjadi selama bertahun-tahun bisa diselesaikan dan dicarikan solusinya secara bersama-sama,” tutup Supriyanto.

https://bandung.kompas.com/read/2025/12/06/181145478/dedi-mulyadi-telepon-lucky-hakim-minta-selesaikan-banjir-rob-indramayu-warga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com