Salin Artikel

Luapan Kecewa Ibu Remaja Putri Korban Pengeroyokan 4 Gadis di Tasikmalaya: Pelaku Saya Kasih Makan 3 Hari

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Ibu korban remaja putri berusia 16 tahun yang menjadi korban pengeroyokan empat gadis temannya sendiri meluapkan kekecewaannya kepada salah satu pelaku sekaligus teman dekat anaknya.

Salah satu pelaku asal Kota Tasikmalaya pernah menginap di rumahnya bersama anaknya selama tiga hari dan diberi makan setiap pagi, siang, dan malam hari.

"Saya tak menyangka kepada salah satu pelaku penganiayaan anak saya adalah teman dekatnya. Saya kecewa sekali karena saya pernah memberi makan pelaku itu saat menginap di rumah saya selama tiga hari," ucap sang ibu kepada Kompas.com di rumahnya, Kamis (11/12/2025).

"Saya sediakan makan setiap pagi, siang, malam hari karena saya tidak tega waktu itu anak saya makan, dia enggak kan. Tapi, dia tega sekali ke anak saya," tuturnya.

Selama ini, kata ibu korban, teman dekatnya sekaligus salah satu pelaku yang memakai kerudung merupakan warga Kota Tasikmalaya.

Dia tak curiga bahwa pelaku mengeroyok anaknya bersama teman-temannya dan memotong rambut, seperti di videonya yang viral.

"Jadi, salah satu pelaku itu yang berkerudung itu kepalanya botak. Kata anak saya, dia digunduli oleh bapaknya. Tapi, masa kelakuan bapaknya itu jadi dendamnya ke anak saya segala," kata dia.

Ibu korban pun sangat mengenal salah satu pelaku itu karena sering bermain dengan anaknya di rumahnya.

Namun, ketiga pelaku lainnya belum dikenalnya dengan dekat, terutama kepada pelaku yang selalu berpakaian seksi tersebut.

"Sering sekali, sering ke sini, sering main di sini di rumah sama anak saya. Biasanya juga anak saya tak jauh kalau bermain bareng dia. Masih di sekitaran sini saja," kata dia.

Ibu korban hanya berharap kepolisian dan para penegak hukum lainnya tak pandang bulu dalam menegakkan keadilan, terutama bagi masyarakat kecil yang hanya berharap para pelaku dihukum seberat-beratnya.

"Kata anak saya, oleh keempat gadis pelaku itu, katanya akan ada gadis lainnya yang akan disiksa dan dikeroyok seperti itu lagi. Tapi, keburu viral dan mereka ditangkap polisi. Saya harap meskipun itu bapaknya pegawai apa pun, hukum harus adil, Pak," ujar dia.

Sebelumnya, empat gadis berusia belia dan dua di antaranya masih di bawah umur, pengeroyok teman perempuannya berusia 16 tahun di Tasikmalaya, Jawa Barat, dituntut pasal berlapis.

Para tersangka dijerat Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak serta Pasal 170 KUHPidana karena tindak kekerasan dilakukan secara bersama-sama.

"Ada dua tersangka yang masih anak-anak. Proses hukumnya tentu menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku," jelas Kaur Bin Ops Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota, Iptu Victor Sitorus di kantornya, Rabu (10/12/2025).

Victor menambahkan, sesuai hasil penyelidikan, para petugas kepolisian mengetahui bahwa para tersangka melakukan perbuatan unsur kekerasan fisik dan psikis terhadap korban.

Kemudian tindakan perundungan para pelaku tidak berhenti pada tamparan dan penyiraman air saja, tetapi sudah masuk kategori unsur kriminal yang direncanakan.

"Setelah melalui rangkaian penyelidikan dan gelar perkara, keempat terduga pelaku kami tetapkan sebagai tersangka," ungkap dia.

Selain bukti rekaman video yang viral, keterangan para saksi dan tersangka, polisi pun mengumpulkan bukti lainnya seperti potongan rambut yang telah ditemukan di lokasi kejadian dan saat ini masih dalam proses pemeriksaan.

"Rambut korban juga dipotong oleh para pelaku saat melakukan pengeroyokan di lokasi," ujar dia.

Kasus ini mencuat usai video pengeroyokan remaja putri berusia 16 tahun yang dikeroyok empat gadis temannya sendiri secara sadis menggegerkan publik di media sosial.

https://bandung.kompas.com/read/2025/12/11/144703178/luapan-kecewa-ibu-remaja-putri-korban-pengeroyokan-4-gadis-di-tasikmalaya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com