Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lutung Kasarung, Cerita Rakyat Asal Jabar: Watak Tokoh dan Pesan Moral

Kompas.com, 21 Februari 2022, 08:38 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Ada sebuah cerita rakyat berjudul Lutung Kasarung.yang berasal dari Jawa Barat.

Lutung Kasarung termasuk cerita dongeng yang disampaikan turun temurun dari generasi ke generasi.

Baca juga: Cerita Rakyat Keong Mas

Cerita rakyat ini sarat dengan makna yang masih relevan hingga kini, berikut adalah ringkasannya.

Baca juga: 3 Cerita Rakyat Populer Tahun Baru Imlek yang Kini Jadi Tradisi Dunia

Lutung Kasarung

Alkisah di pada zaman dahulu kala di Tatar Pasundan berdiri sebuah kerajaan dengan pemimpin yang bijaksana bernama Prabu Tapa Agung.

Prabu Tapa Agung memiliki putri-putri yang cantik, dengan si Sulung bernama Purbararang dan si Bungsu bernama Purbasari.

Baca juga: 4 Ide Dekorasi Kamar Anak Bak Negeri Dongeng

Menjelang akhir hayatnya, Prabu Tapa Agung memutuskan untuk menyerahkan tahtanya kepada si Bungsu Purbasari.

Keputusan itu diambilnya dengan pertimbangan masak dengan melihat sifat paling baik di antara semua putri-putrinya.

Prabu Tapa Agung kemudian menobatkan Purbasari dan kemudian berangkat menjalani sisa hidupnya sebagai pertapa.

Benar saja, Purbararang yang mendengar kabar itu merasa kesal kepada sang adik yang telah naik tahta.

Bagi Purbararang tahta kerajaan seharusnya menjadi miliknya si anak pertama dan bukan anak terakhir.

Bersama tunangannya yang bernama Indrajaya, Purbararang yang marah segera pergi menemui seorang penyihir.

Niat Purbararang sudah bulat untuk mencelakai adiknya agar ia bisa merebut tahta di kerajaan.

Penyihir itu lantas memantrai Purbasari yang menyebabkan kulitnya yang rupawan menjadi jelek dengan bercak-bercak hitam yang menjijikan.

Purbararang menggunakan keadaan Purbasari sebagai alasan untuk mengusirnya dari istana.

Ia mengatakan bahwa orang yang dikutuk tak seharusnya menjadi seorang ratu dan harus diasingkan ke hutan.

Sementara di khayangan juga terjadi perdebatan dimana Pangeran Guruminda tidak mau dinikahkan kecuali dengan wanita secantik Sunan Ambu, ibunya.

Pangeran Guruminda lantas diberi tahu bahwa wanita cantik yang dicarinya hanya ada di bumi dan tidak di khayangan.

Sunan Ambu memberikan izin kepada Pangeran Guruminda dengan syarat ia harus mengubah wujud sebagai kera bernama Lutung Kasarung.

Singkat cerita, dengan kekuatannya Lutung Kasarung turun ke bumi dan menjadi raja hutan.

Namun kemudian ia tertangkap oleh prajurit Purbararang dan hendak dijadikan hewan kurban.

Lutung Kasarung kemudian mengamuk dan membuat istana porak-poranda.

Setelah berhasil dijinakkan, ia justru dibuang ke dalam hutan tempat di mana Purbasari diasingkan.

Sejak saat itu, Lutung Kasarung dan Purbasari bersahabat dan menjalani suka duka di pengasingan bersama-sama.

Karena kasih sayangnya, Lutung Kasarung memohon pada ibunya untuk dibuatkan telaga agar penyakit kulit Purbasari bisa disembuhkan.

Setelah mandi di telaga tersebut, perlahan kulit Purbasari sembuh dan kecantikannya kembali terpancar.

Lutung Kasarung bahkan tak menyangka bahwa kecantikan Purbasari bisa melebihi kecantikan ibunya.

Sebagai balas budi, Purbasari hendak mengajak Lutung Kasarung untuk kembali tinggal di istana.

Namun Purbararang yang mengetahui Purbasari telah sembuh tak mau menerimanya kembali.

Ia mencari alasan dengan memberi syarat bahwa rambut Purbasari harus lebih panjang dari miliknya.

Benar saja, Purbasari memiliki rambut setumit sementara dirinya hanya sampai betis saja.

Segera Purbararang mencari alasan dengan membandingkan ketampanan tunangannya dengan tunangan Purbasari.

Purbasari yang mengaku memiliki tunangan seekor lutung hanya ditertawakan oleh Purbararang.

Lutung Kasarung yang geram sejenak bersemedi dan kemudian berubahlah wujudnya menjadi Pangeran Guruminda yang sangat tampan.

Ketampanan Pangeran Guruminda bahkan sempat membuat Purbararang sempat lupa pada tunangannya, Indrajaya.

Purbararang terpaksa mengakui kekalahannya dan memohon ampun kepada Purbasari.

Kebijaksanaan Purbasari membuat ia memaafkan sang kakak memperbolehkan mereka tetap mereka tinggal di istana.

Sementara Lutung Kasarung dan Purbasari pun bisa hidup bersama dengan bahagia.

Unsur Intrinsik dalam Cerita Lutung Kasarung

Dalam cerita rakyat Lutung Kasarung ini ada beberapa unsur intrinsik yang dapat diambil.

Pertama adalah tema cerita yaitu kehidupan dua orang putri di sebuah kerajaan pada masa lalu.

Tokoh protagonis dalam cerita ini adalah Prabu Tapa Agung, Purbasari, dan Lutung Kasarung.

Sementara tokoh protagonisnya adalah Purbararang, Indrajaya, dan penyihir.

Adapun latar tempat dari cerita ini adalah pada sebuah kerajaan di Tatar Pasundan.

Selanjutnya, sudut pandang yang digunakan pada cerita ini adalah orang ketiga.

Terakhir, amanat atau pesan moral dari cerita ini adalah niat jahat akan selalu kalah dengan kebaikan dan kebijaksanaan, serta rupa seseorang tidak bisa menunjukkan kebaikan atau menutupi keburukan dalam hatinya.

Sumber:
dpad.jogjaprov.go.id 
jateng.tribunnews.com 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau