Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pedagang Asongan di Stadion Si Jalak Harupat, Terdampak Kenaikan Harga BBM hingga Tak Berharap BLT

Kompas.com - 08/09/2022, 16:21 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Berkali-kali masyarakat kecil harus kembali menerima pukulan atas kebijakan pemerintah pusat.

Tak cukup dengan badai pandemi Covid-19 yang memporak-porandakan perekonomian warga miskin, kini kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali jadi malapetaka.

Hal itu dirasakan oleh Cahya Nur Budiman (41), seorang pedagang asongan yang kerap mengisi ruang kosong di Stadion Si Jalak Harupat (SJH) Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kepada Kompas.com, warga Kecamatan Katapang itu bercerita kala mendengar pemberitaan kenaikan harga BBM pada Sabtu (3/9/2022) lalu.

Baca juga: Mahasiswa di Malang Geruduk Kantor DPRD Tolak Kenaikan Harga BBM, Pihak Dewan Tanda Tangani Tuntutan Demonstran

Tepat pukul 14.30 WIB baginya seperti dunia seperti berhenti, Sabtu yang cerah baginya menjadi Sabtu kelabu.

Bagaimana tidak, ia mesti kembali mengubah dan menemukan skema terbaik mengatasi himpitan ekonomi yang bertahun-tahun memeras keringatnya.

"Ah kacau aja waktu pengumuman mah, saya stres sendiri, di rumah cuma bisa menggerutu liat pemerintah ngasih tau kenaikan BBM," katanya ditemui di SJH, Kamis (8/9/2022).

Cahya mengaku harus memutar otak lagi. Perekonomian yang selama ini menjadi momok baginya harus kembali disiasati. Apalagi, di rumah ada istri dan dua putri yang harus dinafkahi.

"Sekarang biaya sekolah, terus biaya sehari-hari juga pasti ikut naik. Setiap kenaikan harga BBM pasti gini terus, ikut naik semua," keluhnya.

Untuk menambah pemasukan keluarga, Cahya berencana meminta istrinya ikut berdagang di sekitar rumah.

"Rencananya gitu, mau cari pinjaman modal biar istri juga bisa dagang, bantu pemasukan juga," imbuhnya.

Saban hari, Cahya memanggul aneka dagangan seperti kopi, susu, rokok, dan donat untuk dibawa ke SJH dengan berjalan kaki dari rumah.

Naiknya harga BBM, otomatis membuat harga semua dagangan ikut naik. Mau tidak mau, dia harus menaikkan harga jualan juga.

"Donat ini, biasanya saya jual Rp 2.500 sekarang jadi Rp 3.000. Rokok tergantung merk, saya sengaja jual ketengan, sekarang merk ini aja jadi Rp 1.250 per batangnya kemarin Rp 1.000 per batang," ungkapnya.

Cahya Nur Budiman seorang pedagang asongan di Stadion Si Jalak Harupat mengaku kebingungan dengan kenaikan harga BBM yang baru-baru ini dinaikan pemerintah pusat, tak hanya itu ia juga sudah tak berharap pada Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dicanangkan pemerintahKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Cahya Nur Budiman seorang pedagang asongan di Stadion Si Jalak Harupat mengaku kebingungan dengan kenaikan harga BBM yang baru-baru ini dinaikan pemerintah pusat, tak hanya itu ia juga sudah tak berharap pada Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dicanangkan pemerintah

Tak aneh, pasca kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu, banyak pelanggannya yang memprotes kenaikan barang dagangan Cahya.

Kendati begitu, ia merasa wajar pelanggannya protes. Sebab, rata-rata pelanggannya merupakan warga ekonomi bawah, sama sepertinya.

Kenaikan BBM juga membuatnya harus mencari toko kelontong baru di pasar yang menjual dengan harga lebih murah.

"Ya kemarin-kemarin sempet beli lagi, ceritanya buat stok tapi ternyata udah naik juga, harganya lumayan juga. Ini mah ikhtiar aja mudah-mudahan dapet toko kelontong yang bisa dan masih menjual dengan harga miring," terangnya.

Dalam sehari, jika keberuntungan sedang berpihak padanya, Cahya bisa meraup omzet sampai Rp 500 ribu hingga Rp 650 ribu.

"Ya kalau ada pertandingan apa gitu, semisal Persib, keuntungan bisa banyak karena habis dan saya pergi dulu cari stok lagi," kata dia.

Terpaksa jalan kaki

Kendati beberapa hari ini ia berdagang ke SJH dengan berjalan kaki dari rumahnya, hal itu baru pertama kali dilakukan. Dia terpaksa menyimpan motor bebeknya demi menghemat ongkos.

"(Motor) disimpan aja dulu di rumah, nggak tahu sampai kapan, udah gak ada anggaran (untuk beli BBM), semua pendapatan dialokasikan ke yang lain," tuturnya.

Bahkan, jika situasi terus tidak membaik, motor yang sudah dimilikinya sejak tahun 2005 itu akan dijualnya.

"Ya mau gimana lagi, kalau gak stabil terpaksa saya jual," sambungnya.

Sekalipun harus berjalan dengan jarak yang cukup jauh. Cahya tak punya pilihan, baginya masa depan anak serta keluarganya menjadi sesuatu yang harus ia hidupi tanpa terkecuali.

"Ngak ada pilihan lain selain jalan kaki yang terpenting sekarang masa depan mereka, biaya buat yang lainya, saya harus tetap usaha," bebernya.

Tak berharap banyak pada BLT

Kendati pemerintah mengalihkan subsidi BBM ke Bantuan Langsung Tunai (BLT), Cahya tak berharap lebih pada hal itu.

Diakuinya, ia memiliki pengalaman pait terkait bantuan yang dijanjikan sebesar Rp 600.000 itu.

"Ya tahu itu bantuan dari sana, cuma saya mah gak berharap banyak sama bantuan itu," kata Cahya.

Saat pandemi Covid-19, ia hanya sekali menerima bantuan dari pemerintah. Sisa jatahnya, di bawa oleh orang yang mencatut namanya.

Baca juga: Diguyur Hujan Lebat, Emak-emak di Banyumas Turun ke Jalan Tolak Kenaikan Harga BBM

Padahal, lanjut dia, saat itu ia sedang membutuhkan sekali uang serta sembako.

"Tahu sendiri, waktu Covid-19 kaya gimana keadaannya, saya lagi butuh banget tahu-tahu bantuan yang kedua diambil orang pake nama saya, kenal lagi orangnya," kata dia sambil tersenyum.

Cahya mengungkapkan, namanya telah terdaftar sebagai penerima BLT subsidi BBM. Namun, Cahya tak berharap lebih, ia takut kejadian serupa kembali terjadi.

"Saya nggak berharap sama itu (BLT). Masih di kasih kaki, masih di kasih pikiran, dan tenaga, saya harus terus usaha," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Berlibur di Dinginnya Suhu Minus 5 Derajat Celsius di Bandung

Berlibur di Dinginnya Suhu Minus 5 Derajat Celsius di Bandung

Bandung
Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Bandung
Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Bandung
Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Bandung
2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

Bandung
Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Bandung
Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Bandung
Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Bandung
Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Bandung
Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bandung
Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Bandung
Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Bandung
Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bandung
BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

Bandung
Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com