Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macan Tutul Jawa yang Duel dengan 3 Petani Sumedang Mati Traumatik, BBKSDA Jabar: Tersisa 11 Ekor

Kompas.com - 14/09/2022, 10:10 WIB
Aam Aminullah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SUMEDANG, KOMPAS.com - Kepala Subbagian Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Halu Oleo memastikan, macan yang tewas usai berduel dengan tiga petani di Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBGMK), Desa Tegalmanggung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat akibat traumatik.

Diketahui sebelumnya, seekor macan kumbang masuk ke kawasan perkebunan hingga menyerang tiga petani pada Rabu (7/9/2022) siang sekitar pukul 14.00 WIB.

Halu Oleo mengatakan, dari hasil investigasi usai bangkai macan tersebut dievakuasi BBKSDA ke Bandung Zoo, jenis macan yang mati yakni macan tutul Jawa berwarna hitam atau macan kumbang.

Baca juga: Diserang Macan Kumbang, 3 Petani di Sumedang Terluka Parah

"Hasil investigasi nekropsi (bedah bangkai hewan) yang kami lakukan, macan tutul tersebut mati karena mengalami traumatik," ujar Halu Oleo kepada Kompas.com melalui telepon WhatsApp, Rabu (14/9/2022) pagi.

Halu Oleo mengatakan, hasil investigasi nekropsi tersebut nyambung dengan hasil analisa olah tempat kejadian perkara (TKP) di kaki Gunung Kareumbi yang kawasannya berlokasi di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut.

Halu menyebutkan, Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBGMK) sendiri merupakan habitat asli dari macan tutul Jawa.

"Iya, termasuk habitat aslinya, itu dari hasil perjumpaan dan monitoring baik dari petugas lapangan, mitra BBKSDA Jabar, maupun masyarakat sekitar yang menjumpai macan tutul tersebut," tutur Halu Oleo.

Baca juga: Ratusan Kapal Tangkap Cumi Masuki Zona Nelayan Tradisional Lingga, Kapal Patroli Hiu Macan Diterjunkan

Halu Oleo mengatakan, dari hasil pengolahan data dan informasi diperkirakan untuk di TBGMK hingga saat ini tersisa 11 individu macan tutul.

"Tapi, ini ke depannya masih terus kami lakukan monitoring satwa secara berkelanjutan dan komperehensif," sebut Halu Oleo.

Sementara itu, dalam press rilis sebelumnya, Kepala BBKSDA Jawa Barat Irawan Asaad mengatakan, macan tutul merupakan satwa liar terancam punah yang dilindungi Undang-undang.

Macan tutul tersebut menyerang tiga petani yang lokasi atau kondisi permukimannya berdekatan antara permukiman masyarakat dengan habitat alami macan tutul di TBGMK.

"Macan tutul tersebut menyerang petani karena adanya hewan ternak di sekitar kawasan. Diduga, ini menjadi salah satu penyebab keluarnya macan tutul dari kawasan hutan," tutur Irawan.

Selain itu, kata Irawan, macan tutul muda yang sedang belajar berburu, biasanya tertarik untuk mendapatkan mangsa yang mudah untuk diburu.

"Pada dasarnya, macan tutul memiliki perilaku untuk tidak menyerang manusia, kecuali pada kondisi terdesak atau mendapat intimidasi," ucap dia.

Mengingat perilaku macan tutul dan situasi serta posisi permukiman yang berada di sekitar TBGMK ini, pihaknya berharap masyarakat tidak mengambil tindakan sepihak yang dapat membahayakan kedua belah pihak. Baik macan tutul maupun masyarakat sendiri.

Baca juga: Viral, Video Penampakan Macan Kumbang Datangi Peternakan Ayam di Gunung Kareumbi Cicalengka, Kabupaten Bandung

 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com