Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil Minta Daerah Dilibatkan Produksi Migas: Mungkin Receh, tapi buat BUMD Itu Besar

Kompas.com - 19/10/2022, 10:35 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat melalui SKK Migas melibatkan daerah dalam memaksimalkan potensi migas di daerah untuk terus menjaga ketahanan energi.

Salah satu contoh adalah keterlibatan Migas Utama Jabar (MUJ) dalam mengelola Participacing Interest (PI) di Pertamina Hulu Energi ONWJ.

"Walaupun untuk perusahaan besar (hal ini) mungkin receh, tapi buat BUMD ini sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Puluhan atau ratusan miliar ini besar sekali," ujar Ridwan Kamil dalam Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) 2022 di Bandung, Selasa (18/10/2022).

Baca juga: Ridwan Kamil Larang Sekolah Gelar Aktivitas Outdoor Air

Selain minyak, potensi gas juga cukup besar. Untuk itu Emil meminta SKK Migas bisa memprioritaskan pemanfaatan gas.

Gubernur Jawa Barat ini mengungkapkan, gas bumi tersebut nantinya bisa digunakan untuk masyarakat sehari-hari menggunakan jaringan gas (jargas).

"Nah kalau jargas ini bisa (dimanfaatkan) akan menjadikan penyerapan tenaga kerja lokal makin banyak. Makanya kami mohon dipahami," beber pria yang akrab disapa Emil ini menjelaskan.

Tantangan Besar Industri Migas

Pewakilan SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, Indonesia perlu siap siaga menghadapi 3 situasi global, yakni ancaman resesi, transisi energi dari fosil menjadi energi terbarukan, dan energy security kaitannya dengan prospek Liquid Natural Gas (LNG).

Menurut Dwi, ada beberapa tantangan besar industri migas Indonesia. Yakni profil fasilitas produksi migas yang 69 persen di antaranya berusia lebih dari 30 tahun atau berusia di luar masa pakainya.

Baca juga: Ridwan Kamil Ajak Warga Cari Nama untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Di sisi lain, aktivitas utama migas tahun 2022 ini menunjukkan peningkatan baik dari segi eksplorasi maupun eksploitasi.

Itu artinya, diperlukan berbagai langkah agar produksi migas tetap berjalan lancar tanpa adanya hambatan berarti.

Permasalahan utama yang menjadi penghambat produksi migas juga perlu segera diatasi, yaitu masalah pipeline (instalasi pipa) dan sistem kelistrikan.

Produksi Minyak Menurun

Dirjen Migas Tutuka Ariaji mengungkapkan berbagai kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor migas di Indonesia.

Tutuka mengungkapkan, produksi minyak terus menurun seiring menipisnya cadangan minyak nasional. Hal sama terjadi di sektor gas.

Untuk menghadapi situasi ini, Kementerian ESDM berkoordinasi dengan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) agar pasokan minyak dan gas tetap aman dan mampu memenuhi kebutuhan nasional.

Tantangan lainnya di sektor migas Indonesia adalah fasilitas produksi migas yang sudah di luar masa produktif atau lebih dari 20 tahun.

Karena itu, diperlukan investasi masif untuk memperbaiki alat produksi migas. Tentunya di samping melakukan tindakan perawatan dan pencegahan agar alat produksi yang mendekati masa habis usia produktif tetap terjaga performanya sambil menunggu proses pembaruan fasilitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com