Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Trauma Pascagempa, Arsitek ITB Bangun Puskesmas Kayu Ramah Bencana

Kompas.com, 8 Februari 2023, 18:10 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Puskesmas ramah bencana dibangun di lokasi gempa Cianjur, Jawa Barat, untuk memberikan layanan kesehatan bagi penyintas. 

Keberadaan puskesmas ini sangat diperlukan. Pasalnya, setelah kejadian gempa, masyarakat yang tinggal di zona bencana tidak lagi mendapatkan layanan kesehatan yang optimal. 

Sebab, gempa magnitudo 5,6 yang terjadi Senin (21/11/2022) siang, telah meluluhlantakkan puluhan bangunan fasilitas layanan kesehatan. 

Baca juga: Keluarga Sebut Sugeng Dikorbankan dalam Kasus Tabrak Lari Selvi: Pak Jokowi, Tolong Keluarkan Adik Saya

Menyikapi kenyataan tersebut, arsitek Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Rumah Amal Salman berinisiatif membangun puskesmas darurat yang dipusatkan di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, salah satu lokasi paling terdampak gempa. 

Andry Widyowijatnoko, perwakilan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB mengemukakan, konstruksi dengan material kayu sengaja dipilih untuk mengatasi trauma masyarakat terhadap ruangan atau bangunan bertembok. 

“Bangunan puskesmas ini dijamin ramah bencana karena terdiri dari material kayu,” kata Andry melalui siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (8/2/2023) petang. 

Baca juga: Gempa Cianjur, Bocah 6 Tahun Terluka dan Warga Bertahan di Tenda Darurat

Disebutkan Andry, dengan konstruksi bangunan yang dirancang semi tunel atau terowongan, proses pengerjaannya terbilang cepat, selama 21 hari kerja. 

Menurut dia, model bangunan seperti ini yang paling relevan diaplikasikan di lokasi bencana. Selain aman, bangunan relatif ringan namun kuat. 

"Jadi kita ingin menghadirkan sebuah arsitektur yang lebih fungsional, tapi juga ada nilai estetikanya. Teknologi seperti ini sudah kita aplikasikan di (lokasi bencana) Lombok, Palu, dan Mamuju. Namun, untuk yang konsep puskesmas baru kali pertama ini,” ujar dia. 

Menurut Andry, puskesmas merupakan objek vital yang harus tetap ada di lokasi bencana karena menjadi jantung layanan bagi masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan. 

Dengan luas bangunan 10 x 12 meter, puskesmas kayu ini dapat memberikan layanan kesehatan, seperti persalinan, pelayanan ibu hamil, bayi, balita, lansia, dan berobat umum. 

“Termasuk ketersediaan fasilitas ruang UGD dan juga laboratorium,” ujar Andry.

Respons Pemerintah Daerah

Kepala Dinas Kesehatan Cianjur, Irvan Nur Fauzi mengapresiasi kehadiran puskesmas kayu ini karena sangat berimbas pada kenyamanan layanan kesehatan masyarakat. 

Irvan berharap, puskesmas ini bisa menjangkau layanan kesehatan ke sembilan desa.

“Sebagai shelter medis, puskesmas darurat ini sudah memberikan ruang pelayanan yang layak, ventilasinya cukup, pencahayaannya cukup, sirkulasinya juga memadai, dan untuk mobilisasi internal kesehatan maupun pasien juga memadai,” ungkap Irvan, Rabu. 

Dokter fungsional Puskesmas Cugenang, Yuli Hadianto menyebutkan, pasca gempa, layanan kesehatan dilakukan di tenda darurat dan kerap berpindah tempat. 

Akibatnya, layanan kesehatan berjalan tidak optimal, dan masyarakat enggan berobat atau memeriksakan kondisi kesehatan.

“Dengan adanya shelter puskesmas ini cukup terbantu. Apalagi di sini juga masih sering gempa susulan. Tapi sekarang kami merasa lebih aman  saat melayani, begitu pun pasien," kata Yuli.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau