Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bayi di Bogor Tertukar Setahun Lamanya, Terungkap karena Gelang di Tangan

Kompas.com, 11 Agustus 2023, 15:21 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Bayi laki-laki dari pasangan suami istri M Thabrani dan Siti Maulia asal Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tertukar dengan bayi lain.

Hal ini terungkap berawal dari nama di gelang bayi yang tidak sesuai.

Baca juga: Bayi di Bogor Tertukar karena Salah Gelang, Keluarga Lapor Polisi

Kuasa hukum Siti, Rusdy Ridho menjelaskan, awalnya Siti melahirkan secara sesar di salah satu rumah sakit di daerah Kemang, Kabupaten Bogor, Jabar, Senin (18/7/2022) atau setahun lalu.

Baca juga: Pertama Kali, RSSA Malang Akan Lakukan Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam

Di hari kedua saat menyusui bayinya, Siti merasa ada kejanggalan. Namun, saat itu dia tak terlalu menghiraukannya. 

Beberapa hari setelahnya, Siti dan bayinya pulang ke rumah.

Namun, mereka kaget bayi yang digendong Siti mengenakan gelang atau label nama yang tidak sesuai.

Siti kemudian mengonfirmasi hal itu ke rumah sakit. Namun, seorang bidan mengatakan bahwa yang tertukar hanya gelang, bukan bayinya.

Tes DNA

Siti yang masih penasaran terus mencari kebenaran dari bayi yang dirawatnya.

Siti dan suaminya akhirnya melakukan tes DNA di Lab Cempaka Putih, Jakarta, pada Juni 2023.

"Tes DNA dilakukan dua bulan yang lalu. Hasilnya, antara ibu dan anak berbeda. Sampel A dan sampel B itu berbeda. Jadi secara saintifik sudah jelas ini (bayinya tertukar)," ungkap Rusdy saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/8/2023)..

Keluarga Siti belum mendapat kepastian mengenai keberadaan bayi mereka yang tertukar selama setahun.

Keluarga juga sudah mendatangi rumah sakit. Namun, tak ada jawaban yang memuaskan karena pihak rumah sakit juga kebingungan mencari keberadaan bayi kandung Siti.

Ada keluarga yang dicurigai

Rusdy mengatakan, belakangan pihak keluarga Siti mencurigai bayi mereka dirawat oleh satu keluarga.

Siti kemudian meminta orangtua dari bayi tersebut untuk melakukan tes DNA, tapi mereka menolak

"Yang kita praduga karena nama ibu itu ada di gelang bayi kami karena gelang tertukar, muncul kecurigaan ya nama ibu itu. Kita minta tes DNA, dia enggak mau. Jadi selama setahun klien kami menyusui bayi yang berbeda," ujarnya.

Laporkan rumah sakit

Keluarga Siti kemudian melaporkan pihak rumah sakit ke unit PPA Polres Bogor.

Rumah sakit dianggap bertanggung jawab atas tertukarnya bayi tersebut.

"Laporannya ya rumah sakit, pihak yang bertanggung jawab. Saya buat aduan dan sampai sekarang belum ada kabar lagi dari pihak polisi di unit PPA Polres Bogor," jelasnya.

Terpisah, Kasi Humas Polres Bogor Iptu Desi Triana membenarkan ada laporan terhadap rumah sakit atas kasus bayi tertukar.

"Iya, surat baru masuk dan diterima PPA, jadi masih dalam proses penyelidikan serta pendalaman," ujar Desi saat dikonfirmasi. (Penulis Afdhalul Ikhsan | Editor Teuku Muhammad Valdy Arief)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau