BANDUNG, KOMPAS.com - Warga Kampung Warung Cina, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan kekeringan yang sudah terjadi hampir dua bulan.
Kekeringan tersebut melanda seluruh warga yang berada di RW 01 yang terdiri dari 4 RT.
Selama dua bulan, warga Kampung Warung Cina menggunakan air dari Sungai Cilanang yang sudah terkontaminasi limbah pabrik yang berdiri tidak jauh dari pemukiman warga.
Baca juga: Hilangnya Mata Air karena Penggundulan Hutan Perparah Kekeringan di Karawang
Air dari sungai Cilanang ditarik menggunakan mesin, kemudian ditampung di beberapa kolam yang berada di lingkungan RW 01.
Meski begitu, pantauan di lapangan, sumur-sumur milik warga sudah mengering.
Bahkan kolam yang biasanya dijadikan penampungan air sungai Cilanang sudah mengering pula.
Irfan ramdani (25) salah seorang warga membenarkan jika kekeringan di lingkungannya melanda 4 RT, terutama warga RT 03.
"Kalau kekeringan memang melanda satu RW dan di sini ada 4 RT," katanya ditemui di lokasi, Selasa (29/8/2023).
Baca juga: Kekeringan, Warga Buton Selatan Jalan 3 Km Ambil Air di Bekas Galian Tambang Aspal
Irfan mengatakan, kekeringan yang melanda Kampung Warung Cina sudah terjadi selama dua bulan.
"Kurang lebih dua bulan sudah gini, awal Agustus tuh sudah kekeringan, paling parah dua minggu ke belakang," ujarnya.
Untuk mendapatkan air, kata dia, warga terpaksa menggunakan air sungai Cilanang.
Warga pun sampai menyedot air sungai Cilanang menggunakan mesin pompa penyedot dan ditampung ke kolam-kolam yang ada di lingkungan RW 01.
"Jadi airnya ditarik pake mesin ditampung di kolam, kenapa di kolam karena biar langsung masuk ke sumur warga," jelasnya.
Ditanya terkait air yang sudah terkontaminasi limbah, Irfan mengatakan, tak ada pilihan.
Ia hanya meyakini, air sungai Cilanang yang ditampung ke dalam kolam bisa lebih bersih, lantaran terendap oleh tanah.
Baca juga: Hilangnya Mata Air karena Penggundulan Hutan Perparah Kekeringan di Karawang
Sejauh ini, tindakan tersebut dirasa maksimal, dan membantu warga dari kekeringan.
"Ada juga yang pakai sumur tapi tetap saja kalau sudah gini ya kering," kata Irfan.
Ia menambahkan, sudah dua tahun warga Kampung Warung Cina mengalami kekeringan. Setiap, kemarau tiba, lanjut dia, wilayahnya pasti terimbas kekeringan.
Menurutnya, kekeringan semakin parah ketika pabrik-pabrik yang mengelilingi pemukiman warga melakukan pengeboran untuk memenuhi kebutuhan air pabrik.
"Sudah dua kali kemarau sih kekeringan itu berjalan setelah ada proyek itu berjalan (pemboran) di perusahaan kemarau kering seperti ini," tuturnya.
Meski dua tahun menjalani musim kemarau dengan kekeringan, Irfan menyebut belum ada bantuan ari bersih untuk warga Kampung Warung Cina.
Sejauh ini, kata dia, warga berinsiatif melakukan penyedotan air sungai untuk menutupi kebutuhan air sehari-hari.
"Soal bantuan sih belum ada, enggak tahu ke depannya saya enggak tahu juga, dari pemerintah juga belum ada. Paling ini dari inisiatif warga ngambil air di sungai masukin ke sini karena di sini meresap ke warga jadi warga gotong royong," terangnya.
Ehor Rohman (45) Ketua RT 03 membenarkan, kondisi air dari sungai Cilanang tidak baik untuk digunakan. Hanya saja, ia dan yang lainnya tidak memiliki pilihan.
"Kalau bicara bau atau kotor ya sudah jelas," bebernya.
Menurutnya, dengan ditampungnya air sungai Cilanang ke dalam kolam penampungan akan membuat air lebih higenis atau aman bila dibandingkan disedot langsung ke sumur-sumur milik warga.
"Supaya bersih terserap oleh tanah, kalau langsung dari sungai ke rumah warga takutnya ada racun atau gimana. Kalau langsung nanti takut ada masalah. makanya ditampung dulu," kata dia.
Baca juga: Terdampak Kekeringan, Ratusan Petak Sawah di Lampung Terancam Gagal Panen
Sejauh ini, sambung Rohman, air yang diterima warga usai ditampung di dalam kolam tergolong bersih dan bisa digunakan.
"Alhamdulilah kalau ke rumah warga jadi bersih, sekarang juga masih banyak yang memerlukan ini air bersih," Kata Rohman.
Setiap kali melakukan penyedotan, warga di RT 01 patungan untuk membeli bahan bakar untuk mesin penyedot.
"Kalau sampai penuh kolamnya hampir Rp 150.000 kita beli bahan bakar, ini mesin itu milik Pak RW sebelumnya," katanya.
Selain warga yang inisiatif patungan dan melakukan penyedotan, kadang kala, Karang Taruna setempat insiatif untuk melakukan hal serupa.
"Itu juga saya enggak minta ke warga, iuran aja sendiri, karena itu insiatif karang taruna saja. Jadi yang ridha saja. Ada khawatir juga karena takut mesin rusak atau gimana karena perekonomian di sini ya terbilang terbatas," jelas dia.
Baca juga: Musim Kemarau Diprediksi sampai Januari 2024, 25 Kapanewon di DIY Terdampak Kekeringan
Sementara, Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan telah melakukan koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Bandung (Pemkab).
Hasil rapat tersebut, kata Dadang, telah menentukan titik wilayah yang kekeringan dari mulai tingkat RW hingga Desa.
"Yang kekeringan kami sudah rapat koordinasi dengan opd semua kita akan lihat titik lokus masing-masing desa atau RW," kata Dadang.
Menurutnya, setiap wilayah yang rawan kekeringan atau mengalami kendala ketersediaan air akan ditindak lanjut oleh PDAM dan Dinas PUTR.
"Sudah dibahas, di mana lokasi RW yang katakan rawan ketersediaan air maka kami akan menyediakan tangki atau toren untuk menyediakan air dan disuplai nantinya," ujar Dadang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.