Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Bulan Kekeringan, Warga Kabupaten Bandung Mulai Pakai Air Sungai Tercemar

Kompas.com, 29 Agustus 2023, 18:31 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Warga Kampung Warung Cina, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan kekeringan yang sudah terjadi hampir dua bulan.

Kekeringan tersebut melanda seluruh warga yang berada di RW 01 yang terdiri dari 4 RT.

Selama dua bulan, warga Kampung Warung Cina menggunakan air dari Sungai Cilanang yang sudah terkontaminasi limbah pabrik yang berdiri tidak jauh dari pemukiman warga.

Baca juga: Hilangnya Mata Air karena Penggundulan Hutan Perparah Kekeringan di Karawang

Air dari sungai Cilanang ditarik menggunakan mesin, kemudian ditampung di beberapa kolam yang berada di lingkungan RW 01.

Meski begitu, pantauan di lapangan, sumur-sumur milik warga sudah mengering.

Bahkan kolam yang biasanya dijadikan penampungan air sungai Cilanang sudah mengering pula.

Irfan ramdani (25) salah seorang warga membenarkan jika kekeringan di lingkungannya melanda 4 RT, terutama warga RT 03.

"Kalau kekeringan memang melanda satu RW dan di sini ada 4 RT," katanya ditemui di lokasi, Selasa (29/8/2023).

Baca juga: Kekeringan, Warga Buton Selatan Jalan 3 Km Ambil Air di Bekas Galian Tambang Aspal

Irfan mengatakan, kekeringan yang melanda Kampung Warung Cina sudah terjadi selama dua bulan.

"Kurang lebih dua bulan sudah gini, awal Agustus tuh sudah kekeringan, paling parah dua minggu ke belakang," ujarnya.

Untuk mendapatkan air, kata dia, warga terpaksa menggunakan air sungai Cilanang.

Warga pun sampai menyedot air sungai Cilanang menggunakan mesin pompa penyedot dan ditampung ke kolam-kolam yang ada di lingkungan RW 01.

"Jadi airnya ditarik pake mesin ditampung di kolam, kenapa di kolam karena biar langsung masuk ke sumur warga," jelasnya.

Ditanya terkait air yang sudah terkontaminasi limbah, Irfan mengatakan, tak ada pilihan.

Ia hanya meyakini, air sungai Cilanang yang ditampung ke dalam kolam bisa lebih bersih, lantaran terendap oleh tanah.

Baca juga: Hilangnya Mata Air karena Penggundulan Hutan Perparah Kekeringan di Karawang

Sejauh ini, tindakan tersebut dirasa maksimal, dan membantu warga dari kekeringan.

"Ada juga yang pakai sumur tapi tetap saja kalau sudah gini ya kering," kata Irfan.

Ia menambahkan, sudah dua tahun warga Kampung Warung Cina mengalami kekeringan. Setiap, kemarau tiba, lanjut dia, wilayahnya pasti terimbas kekeringan.

Menurutnya, kekeringan semakin parah ketika pabrik-pabrik yang mengelilingi pemukiman warga melakukan pengeboran untuk memenuhi kebutuhan air pabrik. 

"Sudah dua kali kemarau sih kekeringan itu berjalan setelah ada proyek itu berjalan (pemboran) di perusahaan kemarau kering seperti ini," tuturnya.

Meski dua tahun menjalani musim kemarau dengan kekeringan, Irfan menyebut belum ada bantuan ari bersih untuk warga Kampung Warung Cina.

Baca juga: Kekeringan, Warga Kalirejo Kebumen Cari Air Bersih sampai 3 Km, Diangkut Pakai Motor yang Dimodifikasi

Sejauh ini, kata dia, warga berinsiatif melakukan penyedotan air sungai untuk menutupi kebutuhan air sehari-hari.

"Soal bantuan sih belum ada, enggak tahu ke depannya saya enggak tahu juga, dari pemerintah juga belum ada. Paling ini dari inisiatif warga ngambil air di sungai masukin ke sini karena di sini meresap ke warga jadi warga gotong royong," terangnya.

Air kotor dan berbau 

Ehor Rohman (45) Ketua RT 03 membenarkan, kondisi air dari sungai Cilanang tidak baik untuk digunakan. Hanya saja, ia dan yang lainnya tidak memiliki pilihan.

"Kalau bicara bau atau kotor ya sudah jelas," bebernya.

Menurutnya, dengan ditampungnya air sungai Cilanang ke dalam kolam penampungan akan membuat air lebih higenis atau aman bila dibandingkan disedot langsung ke sumur-sumur milik warga.

"Supaya bersih terserap oleh tanah, kalau langsung dari sungai ke rumah warga takutnya ada racun atau gimana. Kalau langsung nanti takut ada masalah. makanya ditampung dulu," kata dia.

Baca juga: Terdampak Kekeringan, Ratusan Petak Sawah di Lampung Terancam Gagal Panen

Sejauh ini, sambung Rohman, air yang diterima warga usai ditampung di dalam kolam tergolong bersih dan bisa digunakan.

"Alhamdulilah kalau ke rumah warga jadi bersih, sekarang juga masih banyak yang memerlukan ini air bersih," Kata Rohman.

Setiap kali melakukan penyedotan, warga di RT 01 patungan untuk membeli bahan bakar untuk mesin penyedot.

"Kalau sampai penuh kolamnya hampir Rp 150.000 kita beli bahan bakar, ini mesin itu milik Pak RW sebelumnya," katanya.

Selain warga yang inisiatif patungan dan melakukan penyedotan, kadang kala, Karang Taruna setempat insiatif untuk melakukan hal serupa. 

"Itu juga saya enggak minta ke warga, iuran aja sendiri, karena itu insiatif karang taruna saja. Jadi yang ridha saja. Ada khawatir juga karena takut mesin rusak atau gimana karena perekonomian di sini ya terbilang terbatas," jelas dia.

Baca juga: Musim Kemarau Diprediksi sampai Januari 2024, 25 Kapanewon di DIY Terdampak Kekeringan

Respons Bupati Bandung 

Sementara, Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan telah melakukan koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Bandung (Pemkab).

Hasil rapat tersebut, kata Dadang, telah menentukan titik wilayah yang kekeringan dari mulai tingkat RW hingga Desa. 

"Yang kekeringan kami sudah rapat koordinasi dengan opd semua kita akan lihat titik lokus masing-masing desa atau RW," kata Dadang.

Menurutnya, setiap wilayah yang rawan kekeringan atau mengalami kendala ketersediaan air akan ditindak lanjut oleh PDAM dan Dinas PUTR.

"Sudah dibahas, di mana lokasi RW yang katakan rawan ketersediaan air maka kami akan menyediakan tangki atau toren untuk menyediakan air dan disuplai nantinya," ujar Dadang.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau