CIREBON, KOMPAS.com - Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), kerap kali disisihkan dari kehidupan sosialnya. Mereka cenderung telantar, dijauhi, bahkan tak sedikit menjadi korban kekerasan seksual.
Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Relawan ODGJ Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) bersama Generasi Milenial Cirebon, bergerak berusaha menjawab kondisi tersebut.
Mereka mengeluarkan waktu, uang, tenaga, serta semuanya demi memperjuangkan hak ODGJ untuk hidup layak.
“Kalau kegiatan ini kita sudah delapan tahun, tapi untuk komunitas relawan ODGJ Ciayumajakuning baru empat tahun."
Demikian ungkap Agung Prasetya, pendiri relawan ODGJ Cirebon Ciayumajakuning saat ditemui di Desa Batembat, Minggu (28/4/2024) siang.
"Suka dukanya banyak, kita kena pukul, tendang, ada juga yang rela habisin uangnya untuk operasional ODGJ, dan lainnya,” kata Agung
Namun, upaya pria 27 tahun ini tidak sia-sia. Konsistensinya membuat organisasinya kini diiikuti oleh mayoritas pemuda dari organisasi relawan ODGJ dengan wilayah kerja Cirebon dan sekitarnya.
Baca juga: ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Sempat Mengamuk Saat Dibawa Sudinsos
Senada dengan Agung, Alpin Alghani, Ketua Komunitas Generasi Milenial Cirebon, mengaku merasa memiliki waktu yang lebih bermanfaat setelah ikut terlibat dalam kegiatan ini.
Dia memiliki tugas mencari titik dan keberadaan ODGJ yang akan dibersihkan.
Pada awalnya, Alpin mengalami kesulitan, karena harus berkeliling dan bertanya pada banyak orang saat melakukan tugasnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan ini kian didengar beberapa kalangan. Hingga, informasi tentang keberadaan ODGJ pada akhirnya datang sendiri untuk ditindaklanjuti.
“Saya awalnya anggota klub motor, terus melihat hal ini positif. Saya coba ikut, dan ternyata sangat terharu, kita bisa bermanfaat untuk mereka."
"Akhirnya, saya coba ajak satu per satu klub motor lainnya, dan mereka tertarik,” kata Alpin.
Baca juga: Cerita ODGJ di Indramayu, Dicerai Suami, Diperkosa Tetangga hingga Hamil
Dalam praktiknya, Agung menyebut, kegiatan ini berlangsung setiap akhir pekan.
Agung dan lebih dari 20 relawan, bersama sejumlah komunitas lain, berkumpul di satu tempat yang telah ditentukan.
Mereka kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, sebelum bergerak menyebar ke beberapa titik sesuai target yang telah ditentukan.
Kompas.com mengikuti kegiatan mereka pada Minggu (28/4/2024).
Mereka menemui ODGJ bernama Dedi yang tinggal di Desa Batembat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon.
Menariknya, mereka tak serta merta menemui ODGJ, melainkan mendatangi rumah ODGJ tersebut, lalu menyosialisasi kegiatan, sambil meminta izin kepada keluarga untuk melakukan gerakan tersebut.
Sementara, kepada ODGJ, para relawan melakukan pendekatan dengan memberikan makan dan minum. Mereka lalu mengajak orang tersebut untuk mau dibersihkan.
Satu per satu relawan berkerja sesuai tugasnya. Ada yang mencukur rambut, jenggot, kumis, serta membersihkan kulit-kulit yang kotor.
Bahkan mereka juga memotong kuku kaki dan tangan yang panjang dan kotor.
Namun, saat hendak dimandikan, Dedi melarikan diri. Mereka tidak dapat memaksakan karena khawatir membahayakan.
Kiki Amelia, salah satu relawan ODGJ Cirebon mengaku tergerak memperhatikan Nasib ODGJ.
Baca juga: Kakak Bunuh Adik Kandung di Blora, Pelaku Diduga ODGJ
Dia menaruh perhatian terhadap ODGJ perempuan, karena tersentuh dengan kerapnya orang-orang semacam ini menjadi korban kekerasan seksual.
“Untuk ODGJ perempuan, kami semua cita-citanya ada tempat penampungan dan program sterilisasi untuk ODGJ perempuan karena sering menjadi korban kekerasan seksual."
"Dari share sesama relawan, di Cirebon ada beberapa minggu kemarin yang kami temui,” kata Kiki usai membersihkan Dedi.
Novi Ashari, yang saat ini menjabat Ketua Relawan ODGJ Ciayumajakuning, menyebut, langkah relawan ODGJ Cirebon, tak berhenti sampai membersihkan.
Dia bersama tim akan menemui pihak desa setempat untuk melaporkan kegiatan tersebut, sekaligus meminta bantuan tindak lanjut dalam proses pengobatan yang bersangkutan.
Dengan cara ini, relawan ODGJ mengingatkan fungsi dan peran Pemerintah menjaga dan merawat warganya sendiri.
“Kami biasa bergerak di hari Sabtu dan Minggu, besoknya saat hari kerja, kami laporkan ke kantor balai desa untuk ditindaklanjuti,” kata Novi.
Erni Sugeng, keluarga ODGJ Dedi menyebut sakit yang diderita Dedi tidak sejak lahir, melainkan saat usia remaja.
Dedi tiba-tiba mengalami gangguan jiwa hingga kerap murung. Upaya berobat yang dilakukan keluarga, hanya sebatas awal dan pengecekan biasa, tidak fokus pada penyembuhan mentalnya.
Bahkan mirisnya, tangan kiri Dedi patah lantaran diduga sebagai pencuri oleh warga di desa tetangga.
“Mau berobat gak punya uang, harapanya ada yang mau peduli dan mau bantu kesembuhan Dedi,” sebut Erni saat ditemui di rumahnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang