Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Relawan ODGJ Cirebon, Perjuangan Memanusiakan Manusia

Kompas.com, 29 April 2024, 09:45 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), kerap kali disisihkan dari kehidupan sosialnya. Mereka cenderung telantar, dijauhi, bahkan tak sedikit menjadi korban kekerasan seksual.

Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Relawan ODGJ Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) bersama Generasi Milenial Cirebon, bergerak berusaha menjawab kondisi tersebut.

Mereka mengeluarkan waktu, uang, tenaga, serta semuanya demi memperjuangkan hak ODGJ untuk hidup layak.

“Kalau kegiatan ini kita sudah delapan tahun, tapi untuk komunitas relawan ODGJ Ciayumajakuning baru empat tahun."

Demikian ungkap Agung Prasetya, pendiri relawan ODGJ Cirebon Ciayumajakuning saat ditemui di Desa Batembat, Minggu (28/4/2024) siang.

"Suka dukanya banyak, kita kena pukul, tendang, ada juga yang rela habisin uangnya untuk operasional ODGJ, dan lainnya,” kata Agung 

Namun, upaya pria 27 tahun ini tidak sia-sia. Konsistensinya membuat organisasinya kini diiikuti oleh mayoritas pemuda dari organisasi relawan ODGJ dengan wilayah kerja Cirebon dan sekitarnya.

Baca juga: ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Sempat Mengamuk Saat Dibawa Sudinsos

Senada dengan Agung, Alpin Alghani, Ketua Komunitas Generasi Milenial Cirebon, mengaku merasa memiliki waktu yang lebih bermanfaat setelah ikut terlibat dalam kegiatan ini.

Dia memiliki tugas mencari titik dan keberadaan ODGJ yang akan dibersihkan.

Pada awalnya, Alpin mengalami kesulitan, karena harus berkeliling dan bertanya pada banyak orang saat melakukan tugasnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan ini kian didengar beberapa kalangan. Hingga, informasi tentang keberadaan ODGJ pada akhirnya datang sendiri untuk ditindaklanjuti.

“Saya awalnya anggota klub motor, terus melihat hal ini positif. Saya coba ikut, dan ternyata sangat terharu, kita bisa bermanfaat untuk mereka."

"Akhirnya, saya coba ajak satu per satu klub motor lainnya, dan mereka tertarik,” kata Alpin.

Baca juga: Cerita ODGJ di Indramayu, Dicerai Suami, Diperkosa Tetangga hingga Hamil

Memerhatikan ODGJ, memanusiakan manusia

Dalam praktiknya, Agung menyebut, kegiatan ini berlangsung setiap akhir pekan.

Agung dan lebih dari 20 relawan, bersama sejumlah komunitas lain, berkumpul di satu tempat yang telah ditentukan.

Mereka kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, sebelum bergerak menyebar ke beberapa titik sesuai target yang telah ditentukan.

Kompas.com mengikuti kegiatan mereka pada Minggu (28/4/2024).

Mereka menemui ODGJ bernama Dedi yang tinggal di Desa Batembat Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon.

Menariknya, mereka tak serta merta menemui ODGJ, melainkan mendatangi  rumah ODGJ tersebut, lalu menyosialisasi kegiatan, sambil meminta izin kepada keluarga untuk melakukan gerakan tersebut.

Sementara, kepada ODGJ, para relawan melakukan pendekatan dengan memberikan makan dan minum. Mereka lalu mengajak orang tersebut untuk mau dibersihkan.

Satu per satu relawan berkerja sesuai tugasnya. Ada yang mencukur rambut, jenggot, kumis, serta membersihkan kulit-kulit yang kotor.

Bahkan mereka juga memotong kuku kaki dan tangan yang panjang dan kotor.

Namun, saat hendak dimandikan, Dedi melarikan diri. Mereka tidak dapat memaksakan karena khawatir membahayakan.

Kiki Amelia, salah satu relawan ODGJ Cirebon mengaku tergerak memperhatikan Nasib ODGJ.

Baca juga: Kakak Bunuh Adik Kandung di Blora, Pelaku Diduga ODGJ

Dia menaruh perhatian terhadap ODGJ perempuan, karena tersentuh dengan kerapnya orang-orang semacam ini menjadi korban kekerasan seksual. 

“Untuk ODGJ perempuan, kami semua cita-citanya ada tempat penampungan dan program sterilisasi untuk ODGJ perempuan karena sering menjadi korban kekerasan seksual."

"Dari share sesama relawan, di Cirebon ada beberapa minggu kemarin yang kami temui,” kata Kiki usai membersihkan Dedi.

Novi Ashari, yang saat ini menjabat Ketua Relawan ODGJ Ciayumajakuning, menyebut, langkah relawan ODGJ Cirebon, tak berhenti sampai membersihkan.

Dia bersama tim akan menemui pihak desa setempat untuk melaporkan kegiatan tersebut, sekaligus meminta bantuan tindak lanjut dalam proses pengobatan yang bersangkutan.

Dengan cara ini, relawan ODGJ mengingatkan fungsi dan peran Pemerintah menjaga dan merawat warganya sendiri.

“Kami biasa bergerak di hari Sabtu dan Minggu, besoknya saat hari kerja, kami laporkan ke kantor balai desa untuk ditindaklanjuti,” kata Novi.

Erni Sugeng, keluarga ODGJ Dedi menyebut sakit yang diderita Dedi tidak sejak lahir, melainkan saat usia remaja.

Dedi tiba-tiba mengalami gangguan jiwa hingga kerap murung. Upaya berobat yang dilakukan keluarga, hanya sebatas awal dan pengecekan biasa, tidak fokus pada penyembuhan mentalnya.

Bahkan mirisnya, tangan kiri Dedi patah lantaran diduga sebagai pencuri oleh warga di desa tetangga. 

“Mau berobat gak punya uang, harapanya ada yang mau peduli dan mau bantu kesembuhan Dedi,” sebut Erni saat ditemui di rumahnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau