BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Sektor pertanian di Kabupaten Bandung Barat (KBB) menghadapi potensi kekeringan seiring musim kemarau yang berlangsung sejak Juli hingga -diprediksi- September 2024.
Kekeringan itu menghambat produksi pertanian di lahan-lahan persawahan yang mengandalkan pengairan dari air hujan.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bandung Barat mencatat ada lebih dari 5.000 hektar lahan sawah tadah hujan yang tersebar di 46 desa dari enam kecamatan, Sindangkerta, Saguling, Cipongkor, Cipatat, Cihampelas, dan Batujajar.
"Memang kita sudah petakan wilayah rawan kekeringan. Terutama sawah tadah hujan. Jadi sebenarnya hampir di seluruh kecamatan ada ancaman kekeringan, tapi yang paling besar ada di enam kecamatan."
Demikian kata Kepala DKPP Bandung Barat, Lukmanul Hakim saat ditemui, Selasa (29/7/2024) kemarin.
Baca juga: Klaten Mulai Alami Kekeringan, 6 Desa Minta Bantuan Air Bersih ke BPBD
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, sawah tadah hujan di Bandung Barat tercatat sebanyak 9.781 hektar.
Namun, hasil verifikasi lapangan DKPP menunjukkan angka yang lebih rendah, yakni 5.508 hektar.
"Kami lakukan pemetaan dan verifikasi lapangan terhadap angka yang dikeluarkan BPS. Ternyata jumlahnya tak sebanyak itu."
"Jadi jumlah 5.508 hektar ini yang paling berpotensi mengalami kekeringan," ujar Lukman.
Untuk mengurangi dampak kekeringan, DKPP telah menginstruksikan penyuluh lapangan agar mendorong petani mempercepat waktu tanam, dan memaksimalkan luas tanam dari bulan April hingga September 2024.
Petani juga diimbau untuk memulai budidaya varietas tanaman tahan kekeringan dan hemat air, seperti palawija, jika lahan persawahan tidak memungkinkan untuk ditanami padi.
Baca juga: Kekeringan Landa Kebumen, Warga Gali Sumur 70 Meter tapi Air Tak Muncul
Selain itu, DKPP juga mempersiapkan upaya mitigasi dengan mengoptimalkan pompanisasi dan pemanfaatan jaringan irigasi air tanah.
Saat ini, telah terpasang 64 unit pompa dan 24 unit jaringan irigasi air tanah di seluruh Bandung Barat.
"DKPP juga mengajukan tambahan 24 unit mesin pompa untuk mengatasi kekurangan pasokan air," sebut Lukman."
"Kami sudah siapkan antisipasi pompanisasi. Selain itu, kita juga sedang ada pengajuan tambahan mesin pompa untuk memperkuat upaya mitigasi," imbuh dia.
Kebijakan dan langkah-langkah pengairan itu diharap bisa membantu petani mengurangi dampak kekeringan dan memastikan ketersediaan pangan di Bandung Barat selama musim kemarau.
Baca juga: 2 Desa di Jember Alami Kekeringan, Puluhan Warga Terdampak
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang