Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan Meninggal Saat Puncak Bogor Macet Total, Polisi Beberkan Kronologinya

Kompas.com, 16 September 2024, 13:13 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kemacetan selama berjam-jam terjadi di jalur Puncak Bogor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), saat liburan panjang Maulid Nabi Muhammad SAW, Minggu (15/9/2024). 

Kondisi itu membuat seorang wisatawan berinisial N(56), asal Cipayung, Jakarta Timur, meninggal dunia diduga karena kelelahan. 

Namun demikian, polisi sebut korban meninggal diduga karena penyakit bawaan yang dideritanya dan bukan karena kelelahan saat terjadi kemacetan. 

"Jadi ibu itu meninggal bukan karena kelelahan karena terjebak macet. Kemungkinan ada komorbit ya atau ada sakit bawaan," kata Kasat Lantas Polres Bogor AKP Rizky Guntama, dilansir dari Tribunnews.com.

Baca juga: Demi Udara Sejuk, Warga Jakarta Bayar dengan Kemacetan Panjang di Puncak Bogor

Sesak napas

Seperti diberitakan sebelumnya, korban merupakan peserta rombongan wisata di kawasan Agro Wisata Gunung Mas. Usai berwisata di lokasi itu, sekitar pukul 19.00 Wib korban merasakan mual dan pusing. 

Baca juga: Cerita Wisatawan Terjebak 10 Jam di Puncak Bogor, Tidur di Aspal

Kondisi korban tampak semakin lemah dan mulut korban tiba-tiba mengeluarkan busa. Warga pun berupaya membawa wisatawan itu ke masjid terdekat. Namun nyawa korban tak tertolong. 

"Habis itu sesak napas, setelah itu keluar busa. Ketika dievakuasi ke masjid, meninggal dunia di masjid," katanya. 

Baca juga: Jeritan Warga Terjebak Kemacetan Horor di Puncak Bogor dari Siang hingga Malam

Ambulans terjebak macet

Situasi kemacetan dari arah Simpang Gadog, menuju Cisarua Puncak Bogor, Jawa Barat, Senin (16/9/2024) pagiKOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN Situasi kemacetan dari arah Simpang Gadog, menuju Cisarua Puncak Bogor, Jawa Barat, Senin (16/9/2024) pagi

Ani, salah satu wisatawan yang ada di lokasi kejadian, menceritakan, saat itu kondisi Puncak Bogor macet total lebih kurang selama delapan jam. Ambulans yang hendak mengevakuasi korban pun tak bisa lewat.  

"Sudah minta ambulans. Lokasi tidak bisa dicapai (ambulans), Jalan Raya depan Gunung Mas tidak bergerak ke arah Jakarta. Di area Gunung Mas pun macet, tidak gerak, ngantre mau keluar," kata Ani. 

Menurut kesaksian Ani, bus yang ditumpangi korban terjebak macet sejak pukul 13.00 Wib.  Lalu korban sempat turun dari bus yang posisinya masih jauh dari pintu gerbang kawasan wisata. 

Rekayasa lalu lintas

Sementara itu, kepadatan kendaraan di Puncak Bogor terjadi saat libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Apasat terpaksa memberlakukan rekayasa lalu lintas di jalur Puncak dengan sistem ganjil-genap kendaraan dan sistem satu arah atau one way untuk mengantisipasi kemacetan. 

"Untuk pelaksanaannya, kami akan laksanakan secara situasional, melihat perkembangan dan peningkatan volume kendaraan yang masuk," kata Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satlantas Polres Bogor, Iptu Ardian, Sabtu (14/9/2024). (Muhammad Syahrial) 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Soal Wisatawan Meninggal di Puncak, Polisi Beberkan Kronologi dan Sebut Tutup Usia di Masjid

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau