Editor
BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bandung menyanggupi pengurangan pengiriman sampah ke TPPAS Sarimukti dari 170 rit menjadi 140 rit per hari.
"Kami dengan Pemda Kota Bandung sudah sepakat dari 170 rit per hari (7 ton) dikurangi menjadi 140 rit per hari. Artinya ada 30 rit yang harus dikurangi, harus dibagi habis di 30 kecamatan dan 151 kelurahan di Kota Bandung," ujar Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman dalam rilisnya, Jumat (11/10/2024).
Herman mengatakan, penanganan sampah Kota Bandung kini menjadi prioritas karena menjadi penyumbang sampah Bandung Raya terbanyak ke TPPAS Sarimukti. Apabila tidak dikurangi berpotensi terjadi "ledakan sampah" di TPPAS Sarimukti.
Baca juga: TPA Sarimukti Overload, Sekda Jabar Minta Warga Bandung Raya Kelola Sampah Mandiri
"Itu tak boleh terjadi, harus ada pengurangan," tegas Herman.
Lantas apa imbasnya? Pengurangan ritase sampah akan berpengaruh pada jadwal pengambilan sampah. Seperti yang mulai dirasakan warga Kota Bandung.
"Yang saya rasakan interval waktu pengambilan sampah mulai berkurang. Untuk itu kami di rumah dah mencoba untuk mengurangi sampah dengan membuat kompos sederhana," ungkap salah satu warga Arcamanik Bandung, Virnia Irawan.
Baca juga: Beruang Keluar Hutan Cari Makan, Warga Diimbau Tak Buang Sampah Berbau Tajam
Salah satu caranya adalah dengan zero food waste. Diketahui, sampah dari Kota Bandung 50 persennya adalah sisa makanan atau sampah organik.
Untuk itu Herman mengajak warga Kota Bandung agar meminimalkan sampah sisa makanan yang dibuang ke tempat sampah.
"Hayu warga Kota Bandung jangan ada sampah sisa makanan dari rumah, paling tidak bisa berkurang," ajak Herman.
Warga Kota Bandung bisa memanfaatkan pengolahan sampah organik yang disiapkan pemerintah, seperti TPS3R, mesin komposting, hingga magot.
"Pemerintah (Kota Bandung) sudah menyiapkan TPS3R, mesin komposting, magot dan lainnya, silakan manfaatkan oleh masyarakat untuk mengolah sampah makanan atau organik," sebut Herman.
Apabila pengiriman sampah dari Kota Bandung bisa berkurang maka usia pakai TPPAS Sarimukti bisa diperpanjang menjadi 1 sampai 2 tahun.
"Kalau bisa berkurang maka Sarimukti usia pakainya bisa diperpanjang dan akan lebih aman dalam 1 sampai 2 tahun ke depan. Saya yakin bisa selama kita bahu-membahu dan berkomitmen," pungkas Herman.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang