SUKABUMI, KOMPAS.com - Sebanyak 71 nelayan dan pemancing yang terjebak selama lebih dari 24 jam di bekas dermaga pertambangan pasir besi di Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Sukabumi, Jawa Barat, berhasil dievakuasi, Kamis (17/10/2024).
Direktur Operasi dan Latihan Basarnas, Brigadir Jenderal TNI (Mar) Edy Prakoso mengatakan evakuasi dilakukan melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter Basarnas dan TNI Angkatan Udara.
Baca juga: Tim SAR Evakuasi Nelayan yang Kelelahan karena Terjebak Selama 24 Jam di Dermaga Sukabumi
Evakuasi juga dilakukan melalui jalur laut.
Baca juga: 70 Orang Terjebak Gelombang Tinggi di Dermaga Sukabumi, 3 Hilang
"Sebanyak 50 orang berhasil selamat setelah kami evakuasi melalui jalur udara dengan helikopter," kata Edy dalam rekaman video diterima Kompas.com, Kamis malam.
"Sedangkan 21 orang melakukan evakuasi secara mandiri dengan jalur laut menggunakan perahu nelayan," sambung dia.
Dia menjelaskan, awalnya proses evakuasi hanya menggunakan satu helikopter Basarnas.
Namun, untuk efektivitas waktu, evakuasi akhirnya mendapatkan bantuan dari TNI AU berupa helikopter Caracal dan Super Puma.
Sehingga proses evakuasi sebanyak 50 orang bisa berjalan dengan cepat. Dimulai pukul 09:00 selesai pukul 16:00 WIB.
Adapun 21 orang melakukan evakuasi mandiri dengan perahu nelayan. Tindakan tersebut dinilai berisiko, dengan berenang ke laut dan menggunakan sarana yang ada.
"Namun demikian secara keseluruhan alhamdulillah tadi semua bisa terevakuasi dan selamat," jelas dia.
Evakuasi 71 nelayan dan pemancing yang terjebak di dermaga setelah selesai semuanya dengan kondisi selamat. Hanya saja untuk operasi pencarian masih berlanjut.
"Dari tiga nelayan yang terjatuh baru satu ditemukan dalam keadaan meninggal, dan dua masih dicari," kata Edy.
Sebelumnya diberitakan, 71 orang dilaporkan terjebak di ujung dermaga bekas pertambangan pasir besi yang rusak akibat gelombang besar di Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (16/10/2024), sekitar pukul 06.00 WIB.
Mereka terjebak dan belum bisa kembali ke darat karena gelombang laut di lokasi masih tinggi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang