GARUT, KOMPAS.com - Kementerian Koperasi berjanji akan memberikan bantuan unit pengolahan limbah agar industri kulit bisa ramah lingkungan untuk mendorong produk kulit Sukaregang, Garut, bisa menembus pasar mancanegara,
"Kami akan memberikan bantuan alat pengolahan limbah industri kulit ini. Kami sudah menemukan teknologinya," kata Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono usai menghadiri acara Grand Opening Piazza Firenze di kawasan industri kulit Sukaregang Garut, Rabu (15/01/2025) sore.
Di acara yang dihadiri Panglima TNI Jenderal Agus Subianto, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, serta anggota Komisi IV DPR-RI Rieke Diah Pitaloka tersebut, Ferry menyampaikan dari total produksi kulit olahan di Indonesia sebesar 60-70 ribu ton per tahun, 25 persennya berasal dari Garut.
Sementara itu, masalah limbah juga menjadi ganjalan produk kulit dari Sukaregang Garut untuk masuk pasar nasional.
Baca juga: Bocah Korban Pelecehan-Perundungan Asal Garut Akan Kembali Jalani Visum Ulang
"Makanya, kami siapkan bantuan pengolahan limbah agar industri kulit Sukaregang eco-friendly," katanya.
Kementerian Koperasi sendiri, menurut Ferry, telah lama membina pelaku industri kulit di Sukaregang lewat koperasi perajin kulit bersama Poppy Darsono, yang saat ini mendirikan Piazza Firenze di kawasan Sukaregang.
"Piazza Firenze ini bukan sekadar tempat bisnis, tetapi juga menjadi katalisator bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Garut, khususnya lewat sektor koperasi," katanya.
Ferry yakin, kehadiran Piazza Firenze akan mendorong para pelaku koperasi di Garut untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas produknya sehingga mereka dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Dari catatan Kemenkop, menurut Ferry, ada sekitar 284 industri penyamakan kulit dan 380 industri non-penyamakan yang melibatkan lebih dari satu juta orang yang bekerja di industri kulit di Garut.
Baca juga: Hampir Sebulan, Polisi Akhirnya Ungkap Kasus Penemuan Mayat Penuh Luka Bacok di Garut
Bantuan pengolahan limbah yang akan diberikan sendiri, menurut Ferry, ditujukan agar produk kulit Sukaregang bisa diterima pasar internasional.
Karena urusan limbah ini sudah jadi isu internasional, teknologi pengolahan limbahnya saat ini sudah ditemukan dengan biaya yang relatif murah.
Selain pengolahan limbah, Ferry pun berjanji akan membantu permodalan para perajin lewat koperasi dengan skema pengelolaan dana bergulir lewat Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM bagi koperasi artisan kulit untuk meningkatkan kualitas olahan kulit.
"Kemenkop mendapat tambahan anggaran sebesar Rp 10 triliun untuk dikelola LPDB-KUMKM dalam mengembangkan koperasi-koperasi produktif di sektor riil, yang salah satunya adalah Koperasi Artisan Kulit Indonesia," kata Wamenkop Ferry.
Ketua Koperasi Artisan Kulit Indonesia, Poppy Darsono, menegaskan langkahnya tidak hanya berhenti pada perbaikan kualitas produk, tetapi juga memiliki visi untuk mengangkat Garut sebagai destinasi eco-tourism city.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang