Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Warga soal Bandung Peringkat Ke-12 Kota Termacet di Dunia: Capek...

Kompas.com, 16 Januari 2025, 15:57 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Kota Bandung menempati urutan ke-12 sebagai kota termacet di dunia. Hal itu berdasarkan hasil penelitian TomTom Traffic Index pada 2024 lalu.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 500 kota di 62 negara dari enam benua. Indeks ini dibuat berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan.

TomTom Traffic memakai metode penilaian yang berdasarkan floating car data (FCD) yang dikumpulkan dari berbagai sumber dalam menentukan urutan kota dengan kemacetan tertinggi di dunia.

Warga Kota Bandung pun tak menampik bila daerahnya dimasukkan dalam jajaran kota dengan kemacetan tertinggi. Bahkan, dampaknya sampai mengganggu aktivitas mereka sehari-hari.

Seperti yang dirasakan oleh Finka Nur Soraya (20), warga Jalan Dakota Raya, Kecamatan Cicendo.

Baca juga: Taman Dirusak gara-gara Koin Jagat, Pj Wali Kota Bandung Minta Aplikasi Dihentikan

Ia setiap hari menghabiskan waktu lebih dari 30 menit untuk sampai ke tempat kerjanya.

Padahal, jarak rumah ke tempat kerjanya di kawasan Taman Cibeunying Kaler sekitar 7 kilometer dan bila didasarkan pada perhitungan waktu di aplikasi Google Maps, sekitar 18 menit saja.

"Kalau macet, bisa sekitar setengah jam, bisa sampai 46 menit, apalagi kalau weekend atau akhir pekan pernah sampai sejam," ujar Finka saat ditemui Kompas.com di tempat kerjanya, Kamis (16/1/2025).

Finka yang bekerja sebagai barista di salah satu kedai kopi ini harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai tempat kerjanya.

Baca juga: 233 Alumni Stikom Bandung Menolak Kembali Kuliah Usai Ijazah Ditarik

Menurut dia, kemacetan di Kota Bandung kerap terjadi saat akhir pekan dan libur panjang

Hal ini mengingat kota yang dijuluki sebagai Paris Van Java ini menjadi salah satu destinasi wisata warga Jakarta dan sekitarnya.

Finka (20), warga Jalan Dakota Raya, Kecamatan Cicendo yang berprofesi sebagai barista kedai kopi harus menempuh waktu lebih lama di jalan akibat kemacetan Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/1/2025).Kompas.com/Faqih Rohman Syafei Finka (20), warga Jalan Dakota Raya, Kecamatan Cicendo yang berprofesi sebagai barista kedai kopi harus menempuh waktu lebih lama di jalan akibat kemacetan Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/1/2025).

"Macetnya kalau pagi pas jam masuk kerja dan berangkat sekolah. Terus macet lagi sore pas jam bubaran kantor. Nah, apalagi kalau sudah libur panjang, pasti lama," kata Finka.

Warga lainnya, Ahsan Saputra (34), yang tinggal di Jalan Cijawura Regency, Kecamatan Buah Batu, merasakan hal yang sama seperti yang dialami oleh Finka.

Meskipun bekerja sebagai wirausaha, ia terkadang merasakan dampak kerugian akibat kemacetan ini.

Apalagi saat janjian dengan rekan kerja untuk membicarakan urusan pekerjaan di pusat Kota Bandung.

Baca juga: Ceritakan Pengalaman di Bandung, Kapolda Babel: Basmi Geng Motor

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau