Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Jabatan Bukan Segalanya, Eks Kades Ciamis Kembali Jadi TKI di Jepang untuk Tujuan Mulia...

Kompas.com, 15 Februari 2025, 06:05 WIB
Irfan Maullana

Editor

CIAMIS, KOMPAS.com - Bagi Dodi Romdani, jabatan bukan segalanya. Mantan Kepala Desa Sukamulya, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, ini memilih kembali menjadi pekerja migran di Jepang setelah hampir enam tahun menjabat sebagai kepala desa.

Keputusan itu diambil bukan tanpa alasan. Dodi ingin memperbaiki ekonomi keluarga dan mewujudkan impiannya membangun masjid di kampungnya.

"Insya Allah iktikad dan tujuannya baik, saya ingin nambah rezeki, dan saya punya tujuan ingin merehab masjid," kata Dodi saat ditemui di rumahnya di Desa Sukamulya, Jumat (14/2/2025).

Baca juga: Kades di Ciamis Mengundurkan Diri dan Memilih Bekerja Jadi TKI di Jepang

Dodi memang bukan orang baru di Jepang. Sebelumnya, ia pernah bekerja di perusahaan perkapalan di sana dari tahun 2008 hingga 2013.

Saat itu, ia berhasil mengumpulkan cukup uang untuk membeli sawah, mobil, dan motor. Mobil yang dibelinya bahkan kerap digunakan warga untuk kegiatan sosial, seperti mengantar orang sakit atau ibu-ibu ke pengajian.

"Mobil dipergunakan oleh warga sehingga saya dipermudah (jalan) menjadi kepala desa," ujar Dodi.

Baca juga: Awal Mula Dodi Romdani Bisa Jadi Kades di Ciamis, Bermula Sepulang dari Jepang...

Namun, seiring waktu, kebutuhan ekonominya semakin bertambah, terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Gaji kepala desa di Ciamis yang hanya sekitar Rp 3.000.000 per bulan dirasa tidak cukup.

"Nominal mendapat Rp 30 juta itu mudah, itu (gaji) kotor," ujar Dodi membandingkan penghasilannya sebagai pekerja migran di Jepang.

Pada tahun 2023, ia mulai berkomunikasi dengan mantan rekan kerjanya di Jepang. Kebetulan, mantan bosnya masih membutuhkan pekerja, dan Dodi pun ditawari pekerjaan.

Keinginannya berangkat tahun itu sempat ditolak oleh tokoh masyarakat dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.

Baca juga: Eks Kades Sukamulya Ciamis Kerja di Jepang, Dipanggil Soncho oleh Rekan-rekannya

*"Karena jabatan (kades) masih ada setahun lagi. Selesaikan dulu,"* katanya menirukan saran dari para tokoh masyarakat.

Dodi pun menyelesaikan masa jabatannya hingga 2024 sambil tetap menjalin komunikasi dengan temannya di Jepang. Ketika akhirnya diterima kembali di perusahaan perkapalan, ia segera mengajukan pengunduran diri secara resmi.

Setelah proses administrasi rampung, Dodi resmi meninggalkan jabatannya dan berangkat ke Jepang pada 16 November 2024.

Meski kini berada jauh dari kampung halamannya, Dodi tetap memikirkan desanya. Baginya, keputusan kembali menjadi TKI bukan hanya demi kesejahteraan keluarganya, tetapi juga untuk mewujudkan impian membangun rumah ibadah bagi warga.

Di saat banyak orang mengejar jabatan demi status sosial, Dodi membuktikan bahwa ada hal yang lebih besar dari sekadar pangkat: kesejahteraan keluarga dan kebermanfaatan bagi sesama.

Penulis: Kontributor Pangandaran, Candra Nugraha

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau