BANDUNG, KOMPAS.com - Ribuan rumah di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kembali terendam banjir pada Rabu (26/2/2025).
Banjir tersebut disebabkan hujan dengan intensitas tinggi pada Selasa siang, yang menyebabkan sungai Citarum meluap.
Sekretaris Desa (Sekdes) Dayeuhkolot, Sunardi, mengatakan, hampir 98 persen rumah warga di Desa Dayeuhkolot terendam banjir luapan Sungai Citarum.
"Untuk sementara, korban yang terendam dari yang sedang-berat jumlah penduduk atau jumlah Kartu Keluarga di Desa Dayeuhkolot ini hampir 3.800-an. Sebab, memang Dayeuhkolot ini mayoritas 98 persen terkena banjir," katanya saat ditemui di kantor Desa.
Baca juga: Ribuan Rumah Bojongasih Dayeuhkolot Bandung Terendam Banjir, Warga Sulit Dapatkan Sembako
Saat ini, baru 50 orang warga yang sudah mengungsi ke lokasi pengungsian yang ada di belakang Kantor Desa Dayeuhkolot.
Rata-rata pengungsi adalah balita dan warga lanjut usia (lansia).
Sunardi mengatakan, tak menutup kemungkinan jika jumlah pengungsi bisa bertambah, bergantung pada intensitas hujan yang akan turun.
Jika hujan kembali turun dengan intensitas tinggi, tak menutup kemungkinan jumlah pengungsi akan bertambah, termasuk penambahan lokasi pengungsian.
Baca juga: Dayeuhkolot Bandung Kembali Banjir Senin Malam, Rendam Belasan Kampung
"Nanti ketika hari ini bisa hujan lagi, air akan bertambah lagi, ya pasti di shelter akan bertambah lagi jumlah pengungsi," katanya.
Untuk kebutuhan pengungsi, kata dia, pihak Desa sudah menyediakan logistik yang berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, relawan, dan yang lainnya.
"Jadi, untuk pengungsi kami sudah siapkan untuk makan minum dan logistiknya," ujarnya.
Sekdes Dayeuhkolot Sunardi saat diwawancarai soal banjir yang merendam Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akibat luapan vsungai Citarum, Rabu (26/2/2025)Sunardi mengungkapkan, banjir kali ini bisa dikatakan cukup besar lantaran ketinggian bisa mencapai satu meter lebih.
"Memang beda-beda ketinggiannya, 80 sentimeter sampai 150 sentimeter bisa terjadi kalau intensitas kembali tinggi," ungkap dia.
"Kalau dilihat dari tahun 2025 ini, ini yang tertinggi. Namun, kami juga lihat intensitas hujan di tahun 2025 ini belum maksimal. Mungkin masih ada nanti dari BMKG, intensitas hujannya itu masih di bulan Maret-April," ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang