TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto, mengungkapkan bahwa banjir tahunan yang melanda Desa Tanjungkerta, Kecamatan Sukaresik, kali ini surut lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ratusan pengungsi yang sempat mengamankan diri di delapan madrasah dan masjid di empat kampung telah kembali ke rumah masing-masing pada waktu buka puasa, Jumat (14/3/2025) petang.
"Saya sudah ikut cek juga di beberapa titik banjir tadi malam sampai pagi tadi, dan memasuki sore ini sudah cepat surut. Ini banjir paling cepat surut di sini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," jelas Ade kepada Kompas.com saat meninjau lokasi banjir pada Jumat sore.
Baca juga: Banjir Padangsidimpuan: 1 Orang Tewas, Puluhan Desa Terendam
Ade menilai bahwa cepatnya surut banjir ini disebabkan oleh upaya normalisasi anak Sungai Citanduy yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR RI.
Pemkab Tasikmalaya telah beberapa kali mengajukan normalisasi Sungai Cikidang dan Citanduy yang mengalami pendangkalan, yang menjadi penyebab banjir musiman di desa tersebut.
"Kita terus berikhtiar dan berupaya sejak saat banjir di sini musiman tiap musim hujan tahunan. Beberapa kali kita ajukan normalisasi sungai, kemarin baru sekitar 4,5 kilometer dilakukan BBWS. Alhamdulillah, banjir cepat surut, meski saat intensitas hujan tinggi masih tak bisa menampung debit air besar," tambahnya.
Ade juga bersyukur karena saat bencana banjir, hujan deras dengan intensitas tinggi tidak terjadi di wilayah banjir pada Jumat siang hingga sore.
Baca juga: Puluhan Warga di Kota Jambi Mengungsi akibat Banjir
Pemkab Tasikmalaya telah berkoordinasi dengan BBWS Citanduy Kementerian PUPR untuk memperpanjang upaya normalisasi sungai hingga ke muara.
"Itu tentunya akan sangat membantu upaya normalisasi sungai mencegah banjir, dibandingkan tahun-tahun lalu diupayakan pembentengan sungai. Tadi pihak BBWS Citanduy kebetulan hadir, akan memprioritaskan perpanjangan normalisasi sungai," ujar Ade.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk BPBD, Tagana, Polri-TNI, dan relawan bencana lainnya, yang sigap mengevakuasi korban banjir sejak Kamis (13/3/2025) malam.
Bantuan kebutuhan dasar pun telah disalurkan ke setiap korban banjir di rumah mereka masing-masing.
"Kalau bantuan tadi sudah koordinasi dengan Pak Kades untuk disalurkan ke para warga," kata Ade.
Kepala Desa Tanjungsari, Amas, mengungkapkan bahwa delapan lokasi pengungsian di empat kampung sudah kosong, karena banjir surut lebih cepat dari yang diperkirakan hingga Jumat petang.
Para korban lebih memilih kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumah dan berbuka puasa.
"Semua sudah pada pulang, kosong. Banjirnya cepat surut, meski banjir tahun ini paling besar. Kalau bantuan makanan sudah disalurkan ke warga di rumahnya masing-masing," ujar Amas.
Petugas Satker BBWS Citanduy, Andi Widyanto, membenarkan bahwa normalisasi Sungai Citanduy menjadi prioritas utama Kementerian PUPR untuk mencegah banjir di Sukaresik.
"Kita akan perpanjang normalisasi sungai supaya tidak dangkal. Bisa dilihat upaya ini berhasil dan membuat banjir cepat surut kali ini," kata Andi di lokasi banjir.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat sebanyak 3.963 penduduk di empat kampung Desa Tanjungsari terdampak bencana banjir pada Jumat (14/3/2025).
Baca juga: Langkah Pemkot Selesaikan Masalah Banjir di Surabaya Selatan
Banjir musiman ini disebabkan meluapnya air anak Sungai Citanduy akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut beberapa hari terakhir.
Kepala Bidang Penanggulangan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Abdul Azis, menjelaskan bahwa banjir dengan ketinggian air mencapai 1,5 hingga 2 meter terjadi di Kampung Mekarsari, Cicalung, Bojong Soban, dan Hegarsari.
Rincian total korban menunjukkan bahwa Kampung Bojongsoban menjadi lokasi terparah dengan 1.986 jiwa terdampak dan 486 rumah terendam.
"Pendataan sudah masuk, dari jumlah ribuan warga terdampak banjir itu, sebanyak 741 jiwa di antaranya masih mengungsi. Pengungsi tersebar di delapan titik lokasi madrasah dan masjid di empat kampung yang lokasinya aman," jelas Azis kepada Kompas.com di lokasi banjir.
Baca juga: Kerugian Rp 52 Miliiar, Pemkab Situbondo Mampu Bantu Korban Banjir Rp 825 Juta
Azis menambahkan bahwa meskipun genangan air banjir mulai berangsur surut, dampak bagi total rumah yang terendam sebanyak 906 unit masih belum bisa dihuni.
Petugas BPBD, Tagana, TNI-Polri, serta warga terus berupaya membersihkan hunian warga dari sisa genangan air dan lumpur akibat banjir.
"Kalau total KK (Kartu Keluarga) korban banjir ada 1.131 KK dengan total rumah yang terendam ada 906 rumah kebanjiran," tambah Azis.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang