Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desak Petugas Tertibkan Macet Pasar Cipanas, Dedi Mulyadi: Jangan Gunakan Jalan untuk Parkir

Kompas.com, 24 Maret 2025, 14:32 WIB
Eris Eka Jaya

Editor

KOMPAS.com - Jalur mudik via Puncak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi angkat bicara terkait kemacetan yang kerap terjadi di depan Pasar Cipanas, terutama menjelang arus mudik dan balik Lebaran 2025.

Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, Dedi Mulyadi mengkritik penataan lalu lintas di kawasan tersebut.

Ia menilai bahwa kondisi macet di Pasar Cipanas salah satunya disebabkan oleh angkot yang parkir sembarangan sehingga mengganggu kelancaran arus kendaraan.

Baca juga: Jawab Tantangan PDIP Bongkar Bangunan Swasta di Puncak, Dedi Mulyadi: Kewenangan KLHK, Tak Boleh Serobot

"Ini di jalur Cipanas, Pasar Cipanas, ya. Ini seharusnya sudah dua jalur, yang sebelah itu sudah bisa dilewati, tetapi sekarang dipakai oleh parkir angkot," ujar Dedi dalam video tersebut, dikutip Kompas.com, Senin (24/3/2025).

Dedi menjelaskan, akibat badan jalan yang digunakan sebagai tempat parkir, kendaraan dari dua arah akhirnya berebut satu lajur yang semestinya hanya digunakan untuk satu jalur kendaraan.

"Jadi, akhirnya masuk ke sini. Seharusnya bukan mobilnya dimasukin menjadi dua jalur, asalnya satu jalur," katanya.

Ia pun mendesak petugas di lapangan agar segera menertibkan kendaraan angkutan umum yang parkir sembarangan.

Baca juga: Warga Jabar, Tak Punya Waktu Urus Pajak Kendaraan? Dedi Mulyadi: Buka Minggu

Menurut dia, jalan umum tidak seharusnya digunakan sebagai tempat parkir karena dapat mengganggu hak pengguna jalan lainnya.

"Semestinya petugas menertibkan angkotnya, jangan menggunakan jalan untuk parkir," katanya.

Dedi berharap kondisi tersebut segera dibenahi, mengingat ruas jalan di depan Pasar Cipanas merupakan jalur strategis yang dilintasi pemudik.

Ia juga menyoroti kenyamanan pengguna jalan yang terganggu akibat penyempitan lajur.

"Mohon Satlantas Polres Cianjur, segera ditertibkan ya. Ini kurang nyaman dilihatnya dan kita sebagai pengguna jalan merasa jalan kita diambil. Hatur nuhun," tambahnya.

Saat dikonfirmasi Kompas.com mengenai permintaan tersebut, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Cianjur, AKP Hardian Ardianto, belum memberikan tanggapan.

Tiga Titik Rawan Macet di Cianjur

Sebelumnya, Polres Cianjur telah memetakan tiga titik rawan kemacetan di wilayahnya selama arus mudik dan balik Lebaran 2025. Ketiga jalur tersebut meliputi Jalur Puncak, Jalan Raya Bandung, dan Jalan Raya Sukabumi.

Kemacetan di jalur-jalur tersebut umumnya disebabkan aktivitas pasar tumpah dan angkot yang mangkal sembarangan, terutama di sekitar Pasar Ciranjang, Pasar Gekbrong, dan Pasar Cipanas.

Untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan, petugas telah menyiapkan sejumlah skenario rekayasa lalu lintas. Di antaranya adalah penerapan sistem kanalisasi, contraflow, hingga pengalihan arus lalu lintas jika situasi mendesak.

(Penulis Kontributor Bogor Kompas.com: Afdhalul Ikhsan)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau