KARAWANG, KOMPAS.com - Jembatan perahu yang dibangun Muhammad Endang Junaedi dan menjadi jalan pintas warga Desa Anggadita, Kecamatan Klari, dan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, sudah berusia 15 tahun.
Namun, bentuk perahunya telah berubah dari masa ke masa.
Dahulu, bentuknya bukan jembatan, melainkan perahu dari kayu yang dieret.
Karena itu, jika muatan penuh, perahu dieret menuju sisi sungai seberang dan pengendara yang tidak terangkut harus menunggu.
Baca juga: Kronologi Berdirinya Jembatan Perahu Haji Endang Beromzet Rp 20 Juta Per Hari
Kini, penampilannya lebih modern, dengan sekitar 11 perahu ponton yang dijajar dari sisi Dusun Rumambe 1, Anggadita, Kecamatan Klari, hingga Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel.
Di atasnya dipasang pelat besi atau baja. Kemudian, di sepanjang sisi-sisinya dipasang tali pengaman.
Area menuju jembatan diaspal dan dipasang penerangan, baik di sisi sungai Desa Anggadita maupun Parungmulya.
Konon, jalan di sisi Desa Anggadita itu merupakan jalan buntu yang sunyi.
Di sisi lain jembatan, ada sejumlah pekerja yang tengah melakukan pemeliharaan perahu.
Baca juga: Kata Pengendara soal Jembatan Perahu Haji Endang di Karawang: Jangan Ditutup...
Endang menyebut pegawainya hingga kini ada 40 orang, masing-masing memegang tugas tersendiri.
Ada yang bertugas mengontrol dan mengawasi jembatan perahu, penarik uang dari pengendara, hingga teknisi. Mereka bekerja dengan sistem shift.
Menurut Endang, setiap hari tak kurang dari 10.000 pengendara sepeda motor melewati jembatan perahu ponton itu.
Jembatan Perahu Haji Endang di Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, Jawa Barat, dipasangi spanduk tak berizin oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum pada Senin (28/4/2025).Ia menyebut tak kaku mematok pengendara harus membayar Rp 2.000.
"Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari," ucapnya.
Meski begitu, kata dia, tiap hari biaya operasional berkisar Rp 8 juta, mulai dari perawatan, penerangan, hingga upah.
Baca juga: Jembatan Perahu Sudah 15 Tahun tetapi Baru Diperingati BBWS, Haji Endang: Ada Apa Ini?
"Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini," ucap Endang.
Jembatan ini ramai dilintasi pengendara saat jam berangkat dan pulang kerja karyawan pabrik.
Sebab, banyak pekerja maupun warga menjadikannya jalan pintas.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang