CIANJUR, KOMPAS.com – Setiap hari selama dua dekade, Nyai Nenah (44) dan suaminya, Ujang Jaenudin (53), menjaga lapak kecil berisi roti di atas trotoar jalan. Hasil dari berjualan sederhana itu mereka kumpulkan rupiah demi rupiah, demi satu tujuan mulia: berangkat haji ke Tanah Suci.
Tahun ini, impian itu akhirnya menjadi kenyataan. Nama mereka tercantum dalam daftar jemaah haji asal Cianjur. Lapak kayu tempat mereka menggantungkan hidup kini ditinggalkan sementara. Bukan karena bangkrut, tapi karena panggilan suci dari Mekah yang telah mereka tunggu selama 20 tahun.
Baca juga: Paniknya 27 Calon Jemaah Haji Asal Lumajang Tiba-tiba Diminta Berangkat Hari Ini
Ditemui di rumahnya di Kampung Sudimampir, Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Kamis (8/5/2025), Nenah berkisah soal perjalanan panjangnya menabung sejak tahun 2005.
"Mulai menabung sejak awal berjualan, sekitar tahun 2005. Memang dari awal sudah diniatkan untuk biaya naik haji. Alhamdulillah, tahun ini rencananya berangkat bersama suami," kata Nenah kepada Kompas.com.
Pasutri penjual roti di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat berencana naik haji tahun ini setelah 20 tahun menabung.Tak mudah bagi pasangan dengan penghasilan tak menentu untuk mengumpulkan biaya haji. Tapi tekad Nenah dan Ujang tak pernah goyah. Perlahan tapi pasti, mereka berhasil mengumpulkan Rp 300 juta.
Baca juga: Mimpi 17 Tahun Jadi Kenyataan, Penjual Cireng dari Jombang Naik Haji
"Insya Allah, tanggal 19 Mei nanti saya dan suami berangkat haji bersama. Kami tergabung dalam kloter 38," ujar Nenah.
Saat ini, pasangan itu tengah mempersiapkan perlengkapan haji, sembari berharap agar tetap diberi kesehatan sampai hari keberangkatan tiba.
"Setelah pulang nanti, ya saya dan suami akan kembali berjualan roti seperti biasa," ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang