SUMEDANG, KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan, progres penulisan ulang sejarah Indonesia hingga saat ini sudah mencapai 70 persen.
Setelah penulisan sejarah rampung, pemerintah bakal menggelar diskusi publik sebagai bentuk transparansi sekaligus membuka ruang partisipasi masyarakat.
"Nah kalau tidak salah, saya dapat laporan sekarang ini sudah sekitar 70 persen (penulisan ulang sejarah) dan nanti kalau sudah waktunya, kami tentu akan menyelenggarakan diskusi publik," ujar Fadli di Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (24/6/2025).
Ia menegaskan bahwa penulisan ulang sejarah Indonesia menggandeng para sejarawan profesional dan berdasarkan keahlian mereka masing-masing.
Baca juga: Massa Puan Indonesia Tuntut Fadli Zon Minta Maaf atas Pernyataan Kekerasan Seksual 1998
"Para sejarawan dan arkeolog yang terlibat di dalamnya itu sepakat menulisnya itu pakai sejarah awal, bukan prasejarah," kata Fadli.
Adapun penulisan sejarah ini, ucap Fadli, bukan berdasarkan pembabakan yang telah ada sebelumnya, tetapi disusun sejak jauh sebelum dikenalnya tulisan pada abad keempat.
"Tentu saja sejarah ini bukan sejarah yang secara spesifik bicara tentang misalnya periode-periode tertentu, tetapi secara keseluruhan dari mulai era sejarah awal," ucapnya.
Fadli tidak memungkiri terjadi perbedaan pendapat terkait terminologi era prasejarah.
Baca juga: Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
"Ini memang ada perbedaan pendapat, prasejarah itu adalah terminologi lama atau salah satu terminologi gitu ya, yang menganggap bahwa sejarah itu baru ada setelah tulisan ada," tuturnya.
Ada beberapa pendapat dari sejarawan bahwa sejarah Indonesia itu dimulai pada abad keempat dengan ditemukannya prasasti atau tulisan.
Namun, berbeda pendapat dengan para ahli yang saat ini diminta untuk menggarap penulisan ulang sejarah.
"Para penulis kita menganggap kita dari zaman 1,8 juta tahun yang lalu sudah ada sejarah. Orang sudah membuat kapak batu, membuat bola-bola batu, membuat busur, membuat segala macam, jadi sudah ada budaya, sudah ada sejarah. Jadi itu perbedaan yang mungkin ada," kata Fadli.
Menurut Fadli, setelah periodenya tersebut, babak sejarah Indonesia mulai memasuki masa kerajaan, kolonialisme, sampai pemerintahan dari Presiden Soekarno hingga Prabowo.
"Periode-periode kolonialisme sampai pemerintahan-pemerintah dari Presiden Soekarno sampai pelantikan Presiden Pak Prabowo," tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang