BANDUNG, KOMPAS.com – Instalasi pengolahan sampah menggunakan teknologi biodigester di Pasar Induk Gedebage, Kota Bandung, berhasil mengolah 145 ton sampah organik dalam waktu satu bulan.
Pengelolaan dilakukan oleh CV Pro Signal Karya Lestari yang juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung.
Direktur Utama CV Pro Signal Karya Lestari, Aldi Ridwansyah, menyebutkan bahwa dari total 145 ton yang diolah, termasuk di dalamnya adalah 90 ton sampah yang diangkut oleh DLHK pada Jumat (4/7/2025).
"Untuk pengolahan sampah di sini kita masih menggunakan biodigester dan bio drying. Dalam satu hari kita bisa mengolah sampah 10 sampai 15 ton. Sampah baru langsung diproses pemilahan," kata Aldi saat ditemui di Pasar Induk Gedebage, Senin (14/7/2025).
Baca juga: DLHK Kerahkan Buldozer Angkut 90 Ton Sampah di Pasar Gedebage Bandung
Ia menjelaskan, proses biodigester dimulai dengan pemilahan antara sampah organik dan non-organik. Meski 90 persen sampah yang masuk berupa organik, sebagian besar masih tercampur dengan plastik pembungkus dan bahan lainnya.
Setelah dipilah, sampah organik dicacah dan dimasukkan ke dalam kolam dewatering yang berisi mikroba *activator*. Sampah difermentasikan selama 21 hari hingga menghasilkan air lindi dan residu yang terpisah.
"Airnya jadi pupuk cair dan residunya jadi kompos padat yang sudah dipastikan aman untuk dilepas ke lingkungan," akunya.
Ke depan, Aldi menyebut pihaknya akan meningkatkan kapasitas pengolahan. Namun, perluasan tersebut masih terganjal keterbatasan lahan. Saat ini, pengolahan sampah hanya mengandalkan 1.500 meter persegi dari total lahan 3.000 meter persegi yang tersedia.
Baca juga: Farhan Klaim Gunungan Sampah di Pasar Gedebage Sudah 80 Persen Terangkut ke TPA Sarimukti
Selain itu, teknologi windrow composting juga belum dapat dioptimalkan.
"Kita mulai menghitung *planning* ke depan bisa 100 sampai 200 ton per hari," ujarnya.
Aldi mengatakan, site pengolahan di Pasar Induk Gedebage ditargetkan menjadi percontohan nasional dalam pengolahan sampah organik tanpa insinerator. Selain dari pasar, pengolahan juga akan diperluas untuk mencakup sampah rumah tangga dari lima kecamatan, yakni Cibiru, Ujungberung, Cinambo, Gedebage, dan Panyileukan.
"Kalau ngambil rata-ratanya (tambahan) dari lima kecamatan, sampah *food waste* itu bisa sekitar di angka 10 sampai 15 ton, itu untuk food waste, sampah dapur atau khusus untuk membuang sampah yang bau (organik) saja," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang