Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Kena Royalti, Restoran di Bandung Pilih Putar Suara Burung "Owner"

Kompas.com, 6 Agustus 2025, 16:40 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah restoran di Bandung, Jawa Barat, mulai mengambil langkah unik untuk menghindari pembayaran royalti musik usai mencuatnya kasus hukum yang menjerat restoran Mie Gacoan di Bali.

Salah satunya adalah restoran Hutanika yang berlokasi di Jalan Asia Afrika No 91-97.

Alih-alih memutar musik dari platform streaming, restoran ini memilih untuk memutar suara burung peliharaan milik pemilik restoran.

Baca juga: Hindari Bayar Royalti, Kafe di Solo Pilih Undang DJ Ketimbang Band Cover

Langkah tersebut diambil setelah mereka menerima surat dari Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) terkait pemutaran musik komersial di tempat usaha.

“Katanya muter suara burung juga kena. Padahal itu suara burung dari YouTube. Akhirnya, kita rekam sendiri suara burung peliharaan owner, terus diputar di restoran,” ujar Adit, Head of Sales & Marketing Hutanika, saat ditemui, Rabu (6/8/2025).

Adit mengaku pihaknya bingung dengan aturan pembayaran royalti yang dinilai tidak transparan dan minim sosialisasi.

Baca juga: Pasang Lagu di Kafe Bayar Royalti Rp 120.000 per Kursi, Ternyata Pakai Suara Alam Juga Bayar

Ia mencontohkan, meskipun Hutanika menggunakan layanan streaming berbayar seperti Spotify atau YouTube, mereka tetap dikenai kewajiban membayar royalti tambahan.

“Hitungannya beda-beda, ada kafe bayar segini, bar bayar segitu. Kita juga jadi bingung, apalagi enggak setiap hari restoran penuh. Kapasitas kita bisa sampai 300 orang, tapi itu pun fluktuatif,” jelasnya.

Yang lebih membingungkan, lanjut Adit, adalah kabar bahwa semua jenis musik bisa dikenai royalti, bahkan musik bebas hak cipta hingga suara alam seperti kicau burung.

“Kita bukan menolak bayar royalti, tapi sistemnya belum jelas. Siapa yang narik, uangnya lari ke siapa, itu yang harus dijelaskan,” katanya.

Sementara itu, restoran lain seperti Tempayan Indonesian Bistro memilih solusi berbeda.

Mereka tak lagi memutar lagu dari platform berbayar dan kini menggunakan lagu hasil buatan kecerdasan buatan (AI) melalui aplikasi Suno AI.

“Kita tiba-tiba dapat surat peringatan, tanpa ada sosialisasi sebelumnya. Akhirnya manajemen memutuskan untuk bikin lagu sendiri saja pakai AI,” ujar Agung Setiadi, General Manager Marketing & Sales Tempayan.

“Kita bikin lagu sendiri, bahkan ada kata makanan juga tempayan dalam liriknya. Saat ini kami bikin playlist kurang lebih 80 lagu jadi orisinal, tidak perlu lagi bayar royalti ke siapa-siapa,” ujar Agung menambahkan.

Langkah ini menurutnya justru lebih efisien secara finansial. Tempayan kini mengeluarkan Rp 2,8 juta per tahun untuk langganan AI.

Sebelumnya, ia menggunkan platform Spotify berbayar Rp 89.000 per outlet per bulan, sementara Tempayan yang masuk dalam Justus Grup memiliki 16 outlet.

“Jadi biayanya jauh lebih ringan dan kita tetap bisa jaga ambience restoran,” ujarnya.

Agung pun mengatakan Tempayan berencana membuat lomba untuk membuat jingle Tempayan dan membeli karya sang pemenang nantinya supaya tidak harus kebingungan dengan aturan yang ada.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Khawatir soal Royalti, Restoran di Bandung Pilih Pakai AI hingga Putar Suara Burung Peliharaan Owner

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau