CIMAHI, KOMPAS.com – Massa mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cimahi menggeruduk kantor DPRD Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (2/9/2025) siang.
Aksi tersebut menuntut pencabutan tunjangan anggota DPR hingga desakan reformasi di tubuh kepolisian.
“Tuntutan kami tidak jauh berbeda dengan daerah lain maupun nasional, pencabutan tunjangan DPR, kelakuan atau attitude para dewan, dewan kan representasi dari rakyat tetapi komunikasi dengan publiknya tidak mencerminkan mereka adalah dewan perwakilan rakyat,” kata salah satu perwakilan massa, Akhip, di sela aksi.
Massa mulai berdatangan sekitar pukul 14.15 WIB dengan mengenakan almamater berbagai kampus. Setibanya di depan kantor DPRD Kota Cimahi, mereka berorasi bergiliran sambil membawa spanduk dan pengeras suara.
Baca juga: 714 Personel Polisi, Rantis dan Kawat Berduri Disiagakan Jelang Demo Mahasiswa di DPRD Cimahi
Suasana semakin memanas setelah 45 menit berlangsung, ketika mahasiswa membakar ban di jalan sebagai simbol perlawanan. Api dan asap hitam membubung tinggi menandai kian kerasnya desakan terhadap pemerintah.
Selain menyoroti kinerja DPR, massa juga menuntut pertanggungjawaban Polri atas tewasnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang meninggal setelah terlindas kendaraan Brimob.
“Kita ingin bertemu dengan Ketua DPRD Kota Cimahi, ketua fraksi harus hadir, Bapak Kapolres juga, karena tuntutan yang ada di tubuh Polri itu sendiri. Menandatangani apa yang menjadi tuntutan kami,” ujar Akhip.
Hingga sore, mahasiswa menolak membubarkan diri sebelum pejabat yang diminta menemui mereka. Mereka mendesak adanya kesepakatan tertulis sebagai jaminan atas janji perbaikan.
Meski aksi berlangsung tegang, Akhip menegaskan pihaknya berkomitmen tidak akan melakukan pengerusakan maupun kerusuhan.
“Anarkis lahir karena ada provokasi di belakangnya, kami elemen mahasiswa, organisasi mahasiswa Cimahi kita demo hasil dari kajian kita, kita mengikuti prosedur yang ada,” jelasnya.
Ia menambahkan, tindakan rusuh yang terjadi di beberapa daerah selama gelombang protes justru dipicu pihak luar yang bukan bagian dari barisan mahasiswa.
“Bisa dilihat kita hanya menyampaikan aspirasi, yang mengecoh biasanya orang yang bukan dari barisan kami,” ujarnya.
Sementara itu, aparat kepolisian terlihat berjaga ketat di lokasi. Sejumlah kendaraan taktis sudah disiagakan, mulai dari mobil water canon, Barracuda, hingga mobil pemadam kebakaran yang diparkir di depan kantor dewan untuk mengantisipasi potensi kericuhan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang