BOGOR, KOMPAS.com - Suasana panik melanda siswa-siswi SMKN 1 di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (10/9/2025) sekitar pukul 09.30 WIB.
Kejadian ini berlangsung saat kegiatan belajar mengajar di kelas 10, 11, dan 12, tanpa adanya angin atau hujan sebelumnya.
Tiba-tiba, atap sekolah ambruk, menimbulkan suara gemuruh yang membuat para siswa panik dan berlarian keluar dari ruangan.
Baca juga: Kelas SMKN 1 Cileungsi yang Atapnya Ambruk Timpa 31 Orang Masih Baru
Beberapa siswa tidak sempat menyelamatkan diri dan tertimpa reruntuhan atap, termasuk genteng dan rangka baja ringan.
“Sebagian berlarian keluar, tapi ada juga yang nggak keburu keluar sehingga tertimpa reruntuhan," ujar Camat Cileungsi, Adi Henryana.
Meski demikian, sebagian besar korban hanya mengalami luka ringan dan langsung mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit terdekat.
"Dari keterangan dua orang guru, alhamdulillah mereka sudah bisa pulang setelah dicek rongsen di rumah sakit bersama siswa," tambah Adi.
Dalam wawancara terpisah, Camat Adi menjelaskan lebih lanjut tentang kejadian tersebut.
"Sekolah itu kan ambruknya tadi pagi pukul 09.30 pada saat sedang kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa anak siswa di tiga kelas dan satu ruang aula, jadi ada empat ruangan yang terdampak," ungkapnya.
Baca juga: Identitas 31 Korban Ambruknya Atap Kelas SMKN 1 Cileungsi Bogor
Adi juga menyebutkan bahwa setelah kejadian, sejumlah siswa dilarikan ke RS Thamrin dan RS Mary.
"Sampai sore hari ini, hampir semua sudah pulang, tinggal enam orang yang masih dirawat untuk menunggu pemeriksaan lebih lanjut," jelasnya.
Saat ditanya mengenai rincian korban, Camat Adi menyatakan bahwa mayoritas korban mengalami luka ringan.
"Memang ada beberapa yang kepalanya terkena genteng yang ambruk dan sudah dijahit. Dokter sudah memperbolehkan mereka pulang," tambahnya.
Dia juga menegaskan, semua biaya perawatan ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.
"Jumlah siswa yang dirawat mencapai hampir 36 orang. Namun, setelah diobati, mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing, hanya beberapa yang saat ini masih di rumah sakit karena menunggu giliran untuk proses rontgen atau scan," tutupnya.
Camat Cileungsi Adi Henryana menyebut, peristiwa ini tidak dipicu faktor cuaca. Dari pengamatan di lapangan, dugaan sementara penyebabnya adalah konstruksi rangka atap baja ringan yang tidak kuat menahan beban genteng tanah liat.
“Kalau dilihat di lokasi, bukan karena bencana alam. Nggak ada angin, nggak ada hujan. Kemungkinan ya karena konstruksi baja ringan yang nggak kuat nahan genteng,” ujar Adi.
Bangunan sekolah tersebut dibangun pada 2016. Menurut Adi, penjelasan teknis lebih rinci akan disampaikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang membawahi sekolah tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang