BANDUNG, KOMPAS.com - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, bencana gerakan tanah yang terjadi di Desa Wagaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (5/12/2025) merupakan longsoran tanah tipe rotasional.
Plt Kepala Badan Geologi, Lana Saria menjelaskan, pergerakan tanah tersebut disebabkan kondisi geologi setempat, kemiringan lereng yang curam, serta dipicu curah hujan tinggi dengan durasi panjang.
"Bencana gerakan tanah/tanah longsor yang terjadi diperkirakan berupa longsoran tanah tipe rotasional yang disebabkan oleh kondisi geologi dan kemiringan lereng yang curam serta dipicu oleh curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama," ungkap Lana dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/12/2025).
Pergerakan tanah ini terjadi di lereng Gunung Sinapeul, tepatnya di Kampung Condong RT 06 dan RT 07 RW 09.
Secara geografis, lokasi tersebut berada pada koordinat 7.037935 derajat LS dan 107.631623 derajat BT.
Baca juga: Pencarian 3 Korban Longsor Arjasari Bandung Terkendala Cuaca dan Tanah yang Masih Bergerak
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaporkan bahwa bencana ini mengakibatkan lima rumah rusak berat dan sekitar 100 unit rumah terdampak.
Tiga warga masih tertimbun material longsor, sementara satu orang mengalami luka-luka. Adapun warga yang mengungsi mencapai 400 orang.
Berdasarkan peta geologi, lokasi yang terdampak berada pada satuan batuan Andesit Waringin-Bedil Malabar Tua, yang tersusun dari lava, breksi, dan tuf.
Wilayah tersebut juga tercatat berada pada zona kerentanan gerakan tanah menengah, sesuai dengan peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Bandung serta peta prakiraan wilayah gerakan tanah bulan Desember 2025.
Baca juga: Dedi Mulyadi Hentikan Penerbitan Izin Perumahan Usai Bandung Raya Dikepung Bencana
Badan Geologi menyebutkan, sejumlah faktor penyebab gerakan tanah ini antara lain kemiringan lereng, kondisi tanah pelapukan yang mudah luruh saat terkena air, sistem drainase yang buruk, serta intensitas hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir.
"Artinya, pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan," tambahnya.
Badan Geologi mengimbau masyarakat yang tinggal dekat lokasi bencana untuk segera mengungsi, mengingat potensi gerakan tanah susulan masih tinggi.
Proses pencarian korban juga disarankan untuk tidak dilakukan saat hujan deras atau setelahnya karena risiko longsor lanjutan.
"Masyarakat yang berada dekat dengan lokasi bencana agar segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman dari bencana gerakan tanah, karena daerah tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah atau longsor susulan," tegasnya.
Selain relokasi bangunan terdampak, upaya mitigasi disarankan melalui terasering vegetasi berakar kuat, pemasangan rambu peringatan, serta jalur evakuasi.
Peningkatan sosialisasi kepada warga mengenai gejala awal gerakan tanah juga sangat penting.
Masyarakat diminta untuk mengikuti arahan BPBD dan melakukan pemantauan rutin guna mengantisipasi potensi longsor susulan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang