BANDUNG, KOMPAS.com - Sebanyak 762 warga Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung terdampak bencana longsor yang disusul banjir bandang.
Hingga saat ini, 415 jiwa telah terdata dan mengungsi di posko utama, sedangkan sisanya tersebar di berbagai lokasi, termasuk ke rumah kerabat di luar daerah.
Koordinator Umum Posko Utama Wargaluyu, Dani Angga Setiawan (40) mengatakan, data pengungsi masih terus diperbarui karena warga tidak terkonsentrasi di satu titik.
“Yang terdata kemarin di posko ini sekitar 415 jiwa. Total sementara yang kami terima sekitar 762 jiwa. Tapi datanya masih simpang siur karena warga mengungsi tidak di satu tempat. Ada yang ke saudara di luar Desa Wargaluyu,” kata Selasa (9/12/2025).
Baca juga: Bertahan di Bawah Reruntuhan, Kisah Amas Selamat dari Longsor Arjasari, Bandung
Menurut Dani, warga yang dievakuasi berasal dari RT 5, RT 6, dan RT 7 yang terdampak langsung longsor.
Sementara itu, warga RT 4 dan RT 5 masuk kategori wilayah berpotensi terdampak dan sebagian juga telah diungsikan.
“RT 6 dan RT 7 itu yang terdampak langsung. RT 4 dan RT 5 itu wilayah yang berpotensi kena bencana. Yang diungsikan berasal dari RT 5, 6, 7, dan sebagian RT 4,” ujarnya.
Untuk menampung para pengungsi, saat ini telah didirikan 17 posko pengungsian yang tersebar di wilayah tersebut. Posko utama berada di Kampung Carirang, RW 8, Desa Wargaluyu.
“Sekarang ada 17 titik posko pengungsi. Untuk dapur umum sementara masih terpusat di sini, tapi ada posko-posko kecil di bawah yang khusus untuk penanganan banjir,” kata Dani.
Ia mengatakan, bencana yang melanda Wargaluyu bukan hanya longsor. Longsor yang terjadi di RW 9 memicu terjadinya banjir bandang yang berdampak ke sejumlah wilayah.
“Awalnya kemungkinan longsor dulu di RW 9, lalu setelah itu terjadi banjir bandang. Dampaknya meluas ke RW 8, 7, 6, 5, 4, 1, dan 2,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Pengungsi Longsor Arjasari: Kasur Tipis, Selimut Terbatas, dan Harapan Tak Runtuh
Terkait kebutuhan pengungsi, Dani menyebut logistik menjadi kebutuhan paling mendesak, terutama perlengkapan tidur dan kebutuhan bayi.
“Kebutuhan utama itu logistik, seperti tikar, selimut, dan susu bayi. Untuk stok makanan sudah mulai masuk. Diperkirakan bisa bertahan 3 sampai 4 hari,” katanya.
Namun, untuk air mineral dan beras, stok masih terbatas. Kebutuhan air minum mencapai sekitar 50 dus per hari, sementara beras yang dibutuhkan sekitar 1 kuintal per hari.
“Air mineral kalau lihat stok sekarang mungkin cukup untuk satu hari satu malam. Kebutuhan per hari sekitar 50 dus, beras sekitar 1 kuintal per hari,” ucap Dani.
Baca juga: Basarnas Cari Korban Longsor Arjasari, Hujan Jadi Kendala Utama