Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turunkan Angka Stunting, Pj Wali Kota Tasikmalaya Rutin Sowan ke Warga Pelosok Lewat Aksi "Bageur"

Kompas.com - 05/06/2023, 10:11 WIB
Irwan Nugraha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, berhasil menurunkan angka stunting lewat program Tasik Bageur yang dilaksanakan mulai awal Januari 2023 sampai sekarang.

Jumlah anak stunting Kota Tasikmalaya berhasil dientaskan sebanyak 691 orang dalam waktu 3 bulan terakhir dari jumlah yang tercatat sebelumnya sebanyak 1.370 orang.

Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah saat itu langsung menjalankan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk pengentasan stunting di tiap daerah.

Baca juga: Manokwari Alokasikan Rp 434,77 Juta Tangani 135 Kasus stunting

Dirinya langsung meminta seluruh ASN di wilayahnya jadi orangtua asuh anak stunting dan program Bageur atau Baik dengan Baznas dan para agnia yang dikoordinasikan oleh Baznas, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan setempat.

"Alhamdulillah kita sudah 3 bulan ini menggalakkan program one ASN one anak stunting. Jadi dari 1.370 anak stunting di Kota Tasikmalaya khususnya balita, data terakhir by name by adresnya ada itu sudah terentaskan 691 anak stunting balita," jelas Cheka kepada Kompas.com di kantornya, Senin (5/6/2023).

Cheka menambahkan, Tasik Bageur selama ini tak memakai uang pemerintah, tapi hasil urunan dari Baznas, para agnia, dan warga Kota Tasikmalaya secara ikhlas.

Setiap pekannya, Cheka bersama para agnia dan instansi terkait langsung memberikan bantuan kebutuhan gizi ke rumah-rumah anak stunting terutama di wilayah pelosok.

Selain itu, gerakan Tasik Bageur pun menyasar para jompo dan warga kurang mampu untuk diberikan bantuan kebutuhan pokok sehari-hari.

Sehingga warga Kota Tasikmalaya pun menjuluki dirinya dengan sebutan bapak kukurusukan alias paling suka blusukan ke kampung-kampung terpencil.

"Mudah-mudahan nanti dalam 3 bulan ke depan sisanya bisa normal dan tak stunting. Jadi tahun ini bisa nol stuntingnya, kita usahakan," tambah Cheka.

Meski demikian, Cheka pun mengaku selalu ada kendala dalam setiap program yang sedang dijalankan terasuk Tasik Bageur.

Selama ini, kendala utama ketika anak balita stunting itu memiliki komorbit atau penyakit bawaan.

"Misalnya TB dan lain sebagainya. Maka kalau seperti itu kita harus selesaikan penyakitnya. Baru stuntingnya. Di (Kecamatan) Purbaratu ini tinggal sisa 50 balita stunting. Ada 3 anak stunting yang masih ada komorbit. Yang lainnya Insya Allah kita bereskan tahun ini stuntingnya," kata dia.

Cheka menyebut berkeliling ke rumah warga pelosok sengaja setiap hari Rabu tiap pekannya menemui para penderita stunting dan warga tak mampu.

Bahkan, dalam waktu dekat kita akan melaksanakan lebih progresif lagi dengan cara membuat WA Masking kepada orang tua asuh.

"Saya harus memastikan program yang kita jalankan itu sampai ke masyarakat. Makanya kita cek langsung. Jadi tak hanya memberikan perintah. Tapi untuk mengecek apakah si ASN itu benar melaksanakan tugasnya atau tidak," katanya.

Baca juga: Hadiri Baksos Walubi di Candi Borobudur, Ganjar Ingatkan Soal Stunting sampai Ibu Hamil

Sementara itu, Ningsih (46), salahsatu orang tua anak stunting di Kota Tasikmalaya mengaku bahagia karena ada pejabat dan kepala daerah langsung menemui dan membantunya untuk kesehatan anaknya.

Sebelumnya, anaknya divonis stunting dan setelah berjalan pemenuhan gizi lewat Tasik Bageur sudah terbebas dari stunting sesuai pemeriksaan tenaga medis.

"Alhamdulillah, sangat terbantu dan baru pertama kali ke rumah ada wali kota langsung datang ke rumah saya di kampung ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com