Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak 1930, Kuliner Legendaris Colenak Murdi Putra Bandung Masih Eksis

Kompas.com - 07/10/2023, 12:44 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Kota Bandung memiliki banyak kuliner legendaris. Salah satu kuliner yang wajib dicoba yaitu Colenak Murdi Putra.

Colenak sendiri merupakan kepanjangan dari "dicocol enak". Kuliner berbahan dasar peyeum atau tape ini disajikan dengan dilumuri kinca atau saus gula merah.

Pemilik Colenak Murdi Putra 3, Bety Nuraety mengaku, dirinya merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha berjualan colenak Murdi Putra yang berlokasi di Jalan Kemang Sepatu nomor 4, Kosambi, Kota Bandung.

Baca juga: Resep Colenak, Tape Bakar Khas Jawa Barat Dessert MasterChef

Usaha berjualan colenak dirintis oleh sang kakek bernama Murdi sejak 1930. Kata colenak pun dipopulerkan pertama kali oleh kakeknya yang berasal dari celetukan pembeli.

"Awal mula jualan dari kakek tahun 1930, waktu itu jualannya masih gerobakan di Jalan Ahmad Yani. Terus ada toko di Ahmad Yani, terus dilanjutkan ke ibu, saya pindah dari toko awal sampe ke sini (Kosambi)," katanya saat ditemui, Sabtu (7/10/2023).

"Waktu itu sebetulnya namanya peyeum digulaan, bukan colenak. Cuma karena ada pembeli, dulu ini dimakannya harus dicocol biar enak, jadilah kata colenak. Makanya nama colenak itu sebetulnya bukan dari kakek tapi dari pembeli," tambah Bety.

Dia menerangkan, resep colenak Murdi tidak pernah berubah dari sejak 1930. Bahan bakunya pun khusus, peyeum yang dipakai jenis kadapo karena memilik tekstur tidak terlalu lembek maupun keras.

Lalu, gula merah yang dipakai berasal dari Kabupaten Pangandaran. Untuk proses pengolahannya pun masih menggunakan cara tradisional dengan menggunakan arang dan kayu bakar.

"Resepnya kita sama. Bakarnya tetap pakai arang untuk singkong atau tape jenis kadapo. Lalu pembuatan kinca colenak kita masih pakai kayu bakar," ucap Bety.

Baca juga: Resep Colenak Tapai Bakar Khas Jawa Barat, Hidangkan dengan Teh

Menurut Bety, resep dan proses pengelohan secara tradisional inilah yang membedakan rasa dan aroma colenak Murdi dengan yang lainnya. Tak heran jika dari dulu para pelanggan tidak pernah berpaling.

"Sebetulnya yang kebanyakan beli itu dari luar kota dari Jakarta kebanyakan itu karena orang-orang sini sudah biasa. Dulu pernah Pak SBY nyobain, menteri koperasi Pak Teten Masduki, Pak Ridwan Kamil sering," ucapnya.

Saat ini ada tiga varian colenak Murdi Putra 3 yakni, rasa pandan, durian dan nangka. Selain itu, agar colenak bisa tahan lebih lama, dihadirkan juga kemasan kaleng yang bisa bertahan hingga 3 bulan.

"Untuk harga per bungkus itu Rp12 ribu, ada kemasan snack box Rp7 ribu, Rp15 ribu pakai kotak, kalau besek Rp17 ribu. Kalau yang kaleng Rp30 ribu, ada juga yang dua kilo Rp105 ribu pakai wadah besar," katanya.

Dijadikan makanan penutup di Konferensi Asia-Afrika 1955

Bety menyebutkan, colenak buatan kakeknya ini pernah menjadi hidangan penutupan yang disajikan kepada tamu negara pada saat Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955.

Baca juga: Lirik Lagu Colenak, Lagu Permainan Anak-anak dari Jawa Barat

"Selama KAA, colenak dijadikan desert terutama di malam resepsi tanggal 18 April 1955 di gedung Pakuan dan acara perpisahan 24 April 1955 di Hotel Savoy Homan," katanya.

Meski demikian, dia mengaku tidak mengetahui alasan colenak buatan kakeknya dipilih menjadi salah satu hidangan di acara KAA.

"Katanya kebanyakan orang Belanda pada jajan, jadi banyak yang minta (colenak). Waktu itu juga saingan kakek kan gak seperti sekarang banyak," katanya.

Bety menambahkan, kepopuleran colenak Murdi dari jaman dulu menjadikannya sebagai kuliner legendaris yang sering dilibatkan pada acara peringatan konferensi tersebut.

"Makanya tiap ada pertemuan KAA, kita selalu diundang biasanya untuk menyuguhkan colenak buat tamu-tamu itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com