Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Dugdag Keraton Kasepuhan Cirebon, Pukul Bedug Samogiri sebagai Tanda Dimulainya Ramadhan

Kompas.com - 11/03/2024, 19:59 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat kembali melaksanakan tradisi dugdag untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan dengan cara pemukulan bedug Samogiri secara bertalu-talu ini sebagai ungkapan syukur dan berserah diri masuknya bulan yang dinanti.

Prosesi ini dimulai dengan acara tatap muka sejumlah petinggi dengan para sesepuh Keraton Kasepuhan. Mereka melaksanakan pertemuan di ruang Siti Inggil.

Baca juga: Ter Ater, Tradisi Saling Memberi Khas Madura Menyambut Ramadhan

Pangeran Gumelar Suryadiningrat, Patih Keraton Kasepuhan tampak memimpin pertemuan. Dia dikelilingi Pangeran Raja Muhamad Nusantara, Penghulu Keraton, Sesepuh serta abdi dalem lainnya. Mereka bersama-sama menyampaikan ungkapan syukur telah datangnya bulan yang dinanti.

Usai pertemuan singkat itu, dengan pakaian khas keraton, mereka bersama-sama bergerak menuju Bedug Samogiri yang terletak di sisi Langgar Agung. Setiba di lokasi, sang raja menerima dua buah kentong, seraya mengucapkan doa untuk memulai memukul bedug.

Pangeran Raja Gumelar Suryadiningrat, sebagai Patih memimpin prosesi ini, yang dilanjutkan oleh keturunan keraton kasepuhan lainnya.

Gumelar menyebut dugdag ini sebagai simbol masuknya bulan suci Ramadhan.

"Tradisi dugdag ini dimulai oleh kanjeng sunan gunung jati pada saat memimpin Cirebon. Bunyi pukulan bedug sebagai syiar bahwa bulan puasa telah masuk, dan besok kita melaksanakan puasa," kata Gumelar usai prosesi di depan Bedug Samogiri.

Saat itu, sambung Gumelar, bedug adalah alat utama komunikasi massa. Bedug merupakan satu satunya alat pengeras suara untuk masyarakat sekitar keraton. Tidak ada alat pengeras lainnya untuk menginformasikan kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan.

Pemukulan bedug juga memiliki makna filosofi, yakni ungkapan syukur, dan juga ruang pertemuan antara sultan atau raja dengan warganya.

Selain bermanfaat untuk menghidup-hidupkan suasana bulan puasa, dugdag juga sebagai upaya melestarikan budaya yang telah diwariskan turun temurun di lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com